5 Fakta Film Pengkhianatan G30S PKI Patut Diketahui Generasi Milenial

Bagi kamu yang masih mengalami zaman pemerintahaan Presiden Soeharto, pasti familiar dengan film Pengkhianatan G30S PKI. Film yang mencekam ini jadi film wajib setiap tanggal 30 September malam untuk mengenang para jenderal yang tewas.

Meski sempat menjadi salah satu tontonan wajib, film ini sebenarnya bisa digolongkan sebagai film yang cukup kejam. Bayangkan saja, film yang berisi pembunuhan bermandikan darah malah wajib ditonton anak kecil.

Untung saja sejak Suharto lengser, film ini sudah tidak wajib tayang lagi di TV. Berikut ini beberapa hal yang mungkin kamu tidak tahu tentang film Pengkhianatan G30S PKI:

Disutradarai Arifin C Noer
Tak banyak yang tahu bahwa film yang konon merupakan propaganda pemerintah Orde Baru ini merupakan suami dari aktris Jajang C Noer, Arifin C Noer. Pria kelahiran 10 Maret 1941 ini telah menghasilkan 13 film sepanjang karirnya di dunia film Tanah Air dan meraih banyak Piala Citra dalam ajang Festival Film Indonesia. Salah satu film terlaris dan paling kontroversial adalah Pengkhianatan G30S PKI.

Diangkat dari buku
Film Pengkhianatan G30S PKI dibuat berdasarkan buku tahun 1968 karya sejarahwan militer Nugroho Notosusanto dan investigator Ismail Saleh yang berjudul Percobaan Kudeta Gerakan 30 September di Indonesia.

Rano Karno tidak lolos casting
Aktor Rano Karno ternyata ditolak untuk memerankan Pierre Tendean, dengan alasan tidak punya tahi lalat di bagian wajah.

Dibiayai pemerintah
Produksi film Pengkhianatan G30S PKI menelan biaya hingga Rp 800 juta. Angka yang cukup fantastis untuk tahun 1984.

Judul asli
Sebelum diberi judul Pengkhianatan G30S PKI, film yang dibintangi Ade Irawan dan Umar Kayam ini berjudul Sejarah Orde Baru. Proses pembuatannya memerlukan waktu 2 tahun, terbagi atas 4 bulan preproduksi, dan 1,5 tahun untuk syuting. Sisanya adalah proses edit.

Memang akting para pemain patut diacungi jempol, karena pada saat dulu menonton, saya sempat mengira bahwa film ini dibuat langsung pada saat kejadian. Saking nyatanya.

Beruntunglah kamu yang tidak sempat merasakan mencekamnya menonton film Pengkhianatan G30S PKI setiap 30 September malam. Scoring musiknya terasa begitu mencekam, bahkan sejumlah bagian dari film itu masih terbayang. Suara-suara burung penanda kematian, teriakan “Papiii…”, pengambilan gambar close-up bibir hitam, dan “Darah itu merah, jenderal”.

Leave a comment