Gangster. Nama yang mungkin sekrang sudah tergantikan dengan mafia, koruptor atau apa lah sebutan untuk orang-orang yang kita anggap brengsel di luar sana. Namun, kali ini, bukan sembarangan orang. Ia adalah Fran Sheeran, veteran Perang Dunia II yang kemudian menjadi legenda.
Seorang kriminal besar yang kemudian divisualisasikan dalam film berjudul The Irishman. Wajahnya masih muda, begitulah Fran Sheeran (Robert De Niro). Ia hidup nomarl layaknya, orang-orang yang baru saja pulang dari Perang. Namun, dongengnya sudah dimulai. Dongeng yang kemudian menjadi suatu fakta bahwa ada ha-hal yang selama ini tak tertulis jelas dan muncul sebagai sebuah kejahatan paling besar di dunia.
Dongeng yang mengantarkan penonton bagaimana ruang lingkup dan kehidupan seorang Frank di masa mudanya. Penipu, pembunuh bayaran dan terlibat banyak hal dengan tokoh-tokoh terkenal dunia di abad ke-20.
Tak cukup sampai di situ, konsep sebuah kejahatan yang ‘halus’, ‘rapi’ dan teroganisir adalah rahasia dongeng besar seorang Fran Sheeran. Termasuk menghilangnya Jimmy Hoffa yang secara misterius hingga kini masih menjadi perdebatan di mana-mana.
“Terserah” Martin Scorsese
Tak perlau berpanjang lebar menceritakan apa yang dilakukan oleh Fran Sheeran di dalam film ini. Toh, pada nyatanya ia sedang “mendongeng” tentang kelam dan kejamnya dunia di sekitar kita. Kejam dan kelam saja tidak cukup untuk membuat sebuah film menjadi apik.
Martin Scorsese adalah sutradara senior sekaligus berpengalaman yang menggarapnya. Semuanya terserah sang sutradara, hingga pada akhirnya film ini memang dikemas dengan gaya Martin Scorsese. Ia dikenal dengan pembuat film-film biopik. Sebut saja The Aviator, Hugo, atau kisah-kisa nyata yang kemudian dituangkan dalam film The Wolf of Wall Street. Atau, kamu juga bisa melihat bagaimana ia membuat film ‘gila’ semacam The Shutter Island atau The Departed.
Cape Fear, Gangs of New York dan Casino adalah filmnya tentang geng kriminal. Lalu, dimana posisi The Irishman? Bisa dibilang ini adalah gabungan dari semua itu, kecuali film ‘sakit’nya.
The Irishman dibuka dengan cara yang berani dan provokatif. Menempatkan momen kilas balik ke dalam kilas balik hingga melempar konsep yang akan membuat kamu terlihat binggung jika tak mampu mencernanya. Apalagi gambar-gambarnya tidak tampak disatukan dalam satu aluran cerita. Namun, tetap saja adegan demi adegan diceritakan dengan gaya narasi yang jelas, melambangkan bagaimana gaya kriminal disajikan dengan cara yang tak biasa.
Selanjutnya, Fran, Sheeran memberi tahu penonton bagaimana dia pertama kali bertemu Bufalino, mencuri, meledakkan mobil dan gudang hingga membunuh. Kemudian Sheeran pergi bekerja untuk Hoffa atas permintaan Bufalino, sebagai ajudan, pengawal, dan mata-mata.
Tak salah rasanya, beberapa kritikus menyebutnya sebagai film yang terasa ‘cinematic’. Merujuk pad agaya khasnya dalam membangun sebuah cerita film yang pelan-pelan, dan lebih menempatkan pada poin-poin klimaks lewat karakter-karakter yang tampil di dalam filmnya. Menarasikan film dengan lambat, namun pada akhirnya tetap membuat penonton tersentak karena cara-cara yang tak lazim menjadi seorang kriminal kelas wahid.
Gembong Gangster
Cara yang unik untuk membuat film. Apalagi, seorang sutradara yang sudah berusia kepala tujuh. Benar adanya. Semuanya memang ‘terserah’ Martin Scorsese. Apa pun ini, cara yang baru untuk menyajikan sebuah film. Bahkan, dari film-film yang pernah digarap oleh Martin Scorsese sebelumnya.
Mungkin, tak semua penonton bisa menerima film ini. Maklum, mungkin sudah disiapkan untuk ke berbagai festival, termasuk Oscar. The Irishman melengkapinya dengan deretan pemeran yang memang benar-benar gembong gangster. Al Pacino, Robert De Niro atau Joe Pesci adalah pemain-pemain lama yang tampil di film-film Gangster.
The Irishman mungkin hanyalah pelengkap saja. Faktanya, film ini menjelaskan siapa dan apa yang dilakukan Dheehan di masa lalu. Sebagian besar adalah kilas balik dirinya sendiri, sampai pada ia akhirnya menjadi gangster nomor satu yang menimbulkan berbagai macam kontroversi.
Gembong gangster ini yang kemudian menjadi bagian dari perwujudan cerita. Menempatkan berbagai pemeran yang memang fasih bermain dalam film-film kriminal. Sedang tayang di Netflix, The Irishman setidaknya layak menjadi penantang di ajang Oscar nanti.