Review Film: Love for Sale, Hal-hal Kecil Tentang Jatuh Cinta

Cinta adalah bahasa universal, yang disajikan melalui kisah Richard di dalam film Love for Sale di tengah hiruk pikuk kota Jakarta

Richard (Gading Marten), pria yang berusia hampir setengah abad, selalu sibuk mengurus pekerjaan, dan bermain-main dengan halaman media sosial di smartphone miliknya.

Namun, Richard masih tampil dengan gaya hidup kekinian seperti menonton sepak bola, hangout di bar dan kebiasaan seorang pria pada umumnya.

Hanya saja, Richard akan canggung jika berada di dalam fase percintaan. Berawal dari keinginan menepis gengsi dengan teman-temannya Richard mencoba melawan rasa canggungnya tentang cinta.

Bermodalkan sebuah aplikasi kencan online, Richard ingin ditemani seorang wanita yang menarik untuk menepis rasa canggungnya tersebut.

Waktu berlalu begitu cepat dan membuat Richard bertemu dengan Arini Kusuma (Della Dartyan). Pertemuan yang mengubah Richard secara keseluruhan, bahkan tentang hal-hal kecil seperti urusan pekerjaan.

Lalu, apakah Arini adalah jawaban atas canggungnya cara Richard memahami cinta? Sebagai penonton, kamu punya kesempatan menentukan untuk menentukan akhir dari kisah  Richard dan Arini.

Baca Juga: Fakta-fakta dibalik layar dari film Love for Sale

Hal-hal Kecil Tentang Cinta di film Love for Sale

review-love-for-sale-hal-hal-kecil-tentang-jatuh-cinta
Sumber: Visinema

Cinta merupakan sebuah rasa, dan ini tersaji di hampir sepanjang film oleh sutradara Andibactiar Yusuf melalui kisah Richard dan Arini di film Love for Sale.

Kisah percintaan yang mungkin pernah terjadi kepada siapapun, namun diberi racikan dengan penggambaran yang dibuat nyata.

Hal-hal sederhana seperti senyuman, sarapan pagi, memiliki hobi yang sama, jalan berdua bersama pasangan, atau memandangi kerlap-kerlip lampu kota dari ketinggian adalah hal-hal kecil yang selalu terikat dengan sebuah rasa bernama jatuh cinta.

Semuanya dimainkan dengan tepat oleh pendatang baru di dunia film, Della Dartyan yang tampil total dalam berakting. Senyuman, mata, gestur tubuh dan gaya bicara adalah gambaran dari seorang wanita yang penuh teka-teki namun sedang jatuh cinta.

Peran Gading Marten pun pas sebagai pria “bossy” namun terkadang luluh oleh satu hal bernama cinta dimainkan dengan apik oleh Gading.

Dukungan dari dua pemeran utama ini pula yang membuat film Love for Sale tidak “bertele-tele” dalam menyampaikan ceritanya. Keduanya bermain dalam komposisi yang pas, sesuai dengan apa yang ingin diceritakan Andibachtiar.

Hanya saja film yang diproduseri oleh Angga Dwimas Sasongko dan Chicco Jerikho ini terlalu datar dalam menampilkan jalan cerita sehingga kejutan terakhir hanya bisa dilihat menjelang bagian akhir film.

Meskipun ceritanya masih tentang drama percintaan, film Love for Sale menjadi pilihan film yang layak untuk ditonton bagi kamu yang ingin melihat cinta dari sisi yang berbeda. Tentu saja, kamu punya kesempatan sendiri menentukan bagaimana akhir dari film ini.

Tidak perlu menunggu waktu lama, untuk menonton kisah cinta antara Richard dan Arini di bioskop.  Kamu bisa pesan tiket film Love for Sale secara online di BookMyShow.

 
 

3 thoughts on “Review Film: Love for Sale, Hal-hal Kecil Tentang Jatuh Cinta

Comments are closed.