Review Film: The Greatest Showman Musikal Ciamik di Akhir Tahun

Setelah hadir dalam Logan, Hugh Jackman kini kembali hadir dalam film musikal yang mengangkat kisah nyata tentang pendiri sirkus pertama, Phineas Taylor Barnum. Seperti dalam Les Miserables, kita akan mendengar pemeran Wolverine ini bernyanyi dalam film. Lantunan lagu-lagu yang catchy dan ramah di telinga akan memanjakan penonton selama satu setengah jam lebih. Selain runtutan lagu yang luar biasa, film ini juga akan membuat penonton takjub dengan koreografi yang ditampilkan secara indah.

The Greatest Showman bercerita tentang Barnum (Hugh Jackman) yang berhasil membuat pertunjukan hebat dan fenomenal pada tahun 1840-an. Kisah musikal ini dimulai dengan Barnum kecil (Ellis Rubin) dan ayahnya yang seorang penjahit. Sang ayah yang kemudian meninggal memaksa Barnum harus berjuang seorang diri di kerasnya masyarakat New York. Bertahun-tahun kemudian akhirnya Barnum menikahi Charity Hallett (Michelle Williams), cinta masa kecilnya. Charity yang berasal dari kalangan atas memacu Barnum untuk menjadi sukses dalam hidupnya dan tidak dipandang sebelah mata oleh orang di sekelilingnya.

Terinspirasi dari ide anak-anaknya, Barnum kemudian bertekat untuk mengumpulkan orang-orang ‘aneh’ dengan sedikit bumbu hiperbola akan keanehan tersebut. Barnum menjadikan mereka sebuah pertunjukan di gedung museum yang dibelinya. Kumpulan orang ‘aneh’ tersebut kemudian menjadi fenomenal dan pembicaraan semua orang dan mengantarkan Barnum menjadi salah satu pengusaha sukses di New York kala itu.

Hidup Barnum dan orang – orang extraordinary disekelilingnya dikemas dalam adegan-adegan dan lantunan musik yang sangat rapi oleh sang sutradara Michael Gracey. Kisah Barnum dan sirkusnya ini dikisahkan sederhana namun menarik untuk dinikmati. Seperti lirik dalam salah satu lagu di film ini “I’m not scared to be seen, I make no apologies, this is me”, sesuatu yang bukan ‘normal’ melawan masyarakat pemikiran simpel yang menolak kehadiran mereka.

Dari jajaran cast, para pemeran sangat cocok dan pas dalam membawakan peran mereka. Penonton akan hanyut terbawa suasana rasa cinta, perjuangan, keluarga, amarah, dan harapan yang berhasil dihadirkan oleh para pemainnya.

Setiap adegan yang dibawakan oleh Hugh Jackman akan menghipnotis penonton. Tidak kalah juga akting dari Michelle Williams yang memerankan Charity. Walau terpaut umur yang jauh dari Hugh, Michelle berhasil memerankan istri sang Showman dengan sempurna. Zac Efron juga tampil sempurna dalam memerankan Phillip Carlyle, partner bisnis Barnum. Zendaya juga turut membuat film ini semakin keren. Tanpa banyak kata-kata ia berhasil membawakan Anne Wheeler dengan baik.

Dari segala kelebihan tersebut, The Greatest Showman juga memiliki kekurangan. Beberapa adegan menggunakan CGI yang terlihat kasar dan tidak nyata. Namun kekurangan CGI di film ini hanya masalah kecil yang tertutupi oleh pengemasan film yang baik.

Overall, Film Showman terhebat ini mengajarkan penonton untuk mencintai diri sendiri. Setiap orang merupakan makhluk yang istimewa, terlepas dari kekurangan masing-masing, Everybody is Wellborn. Setiap adegan dalam film seperti didesain untuk dimaknai agar setiap orang harus bangga akan diri mereka. The Greatest Showman sangat cocok menjadi tontonan menutup akhir tahun.

Penasaran dengan film ini? The Greatest Showman hadir di bioskop pada tanggal 29 Desember 2017. Kamu bisa beli tiket nonton online di BookMyShow.

Penulis:

Angga Septian

Baca juga:

Daftar Film Hollywood tayang Desember 2017

5 Film Terlaris Hollywood Sepanjang 2017

4 thoughts on “Review Film: The Greatest Showman Musikal Ciamik di Akhir Tahun

Comments are closed.