Review Film: Love for Sale 2: Tulus yang dibiarkan Pergi dengan Alasan

Tak ada yang menyakitkan dibandingkan dengan linglung antara masih jatuh cinta atau sudah patah, sepatah-patahnya. Cinta memang tidak bisa diperjual-belikan begitu saja sesuka hati. Entah dari sisi mana cinta bicara bisa diukur. Love for Sale sudah mengukirnya di layar bioskop. Kali ini sekuelnya segera hadir di bioskop. Berikut ulasan review film Love for Sale 2.

Bersenang-senang mengklaim atas cinta sendiri adalah bagian dari apa yang dilakukan Ican (Adipati Dolken) di dalam hidupnya. Ia seakan tak peduli bagaimana rasanya jatuh cinta. Padahal ia sudah berada di usia yang sudah seharusnya menikah. Namun, entahlah apakah Ican punya yang namanya ‘rasa’ atau hanya menganggapnya sebagai angin lalu saja.

Cerewetan Ibunya yang meminta Ican untuk menikah tak pernah digubrisnya. Entah apa motivasi Ican tidak pernah menindaklanjuti sebuah ‘hubungan yang lebih serius”. Mungkin ia memang sedang bersenang-senang dengan dirinya sendiri. Toh, ia tidak peduli dengan siapa saja yang sedang jatuh cinta. Entah dirinya sendiri atau orang lain.

Namun, pada satu momen, ada yang berbisik di telinga Ican. Serangkaian beban mulai datang di kepalanya. Menikah memang harus dilakukannya. Biarkan saja cinta datang karena terbiasa. Mungkin itulah yang ada di kepala Ican. Namun, faktanya cinta tak semudah itu untuk dicerna.

Sembari merenungi pertanyaan-pertanyaan di kepalanya, Ican mencoba mencari jalan keluar. Jalan keluar yang membuat Arini Chaniago (Della Dartyan) masuk ke dalam hidupnya. Tak cuma Ican, namun juga keluarganya.

Benar, Love for Sale 2 bukan lagi cerita jatuh cinta yang kemudian ditinggal pergi ketika sedang sayang-sayangnya. Ini, tentang cinta yang lebih dewasa, dan itu bagus. Love for Sale 2 mampu keluar dari bayang-bayang sukses film pertamanya.

Cinta yang Kompleks

review-film-love-for-sale-2-tulus-yang-dibiarkan-pergi-dengan-alasan

Adegan pembuka film ini sudah menawarkan kisah cinta yang kompleks. Terlihat raut-raut wajah patah hati dari orang yang kamu kenal di film pertamanya. Siapa? Sementara itu, Arini sedang mencoba menyandarkan lelahnya di sebuah kereta.

Sebuah gambaran film ini akan lebih jujur tentang kompleksitas cinta yang sangat rumit. Kolaborasi antara  Mohammad Irfan Ramly dan Andibachtiar Yusuf sebagai penulis naskah sukses menyadarkan penonton bahwa cinta harus sudah dewasa, meskipun suatu saat nanti ia pergi ketika kita semua sedang sayang atau bahkan tidak peduli sama sekali.

Performa cerita kompleks ini ditambah dengan rumitnya pikiran generasi Baby Boomers dari Sumatera Barat. Ican, ibu, kakak dan adik-adiknya berasal dari Suamtera Barat. Sebuah keluarga yang masih memegang teguh budaya ini-itu sebagai syarat dalam sebuah hidup, termasuk menikah.

Lihat saja pola dan tingkah laku Ibunya Ican yang tidak menyukai menantunya sendiri. Atau ketika ia memaksa Ican untuk terus mencari pasangan yang sesuai dengan standarnya. Cinta tidak sesederhana apa yang kita mau memang. Namun, ketika ia datang dengan kejujuran, terlambat sudah.

Ini yang jadi keunggulan dari film Love for Sale 2. Setiap orang punya momen terjebak dalam cinta dan keraguannya sendiri-sendiri. Cinta datang dengan nama ketulusan yang kemudian dibiarkan pergi melayang dengan satu alasan.Beda dengan film pertamanya, dimana cinta pergi tanpa alasan.

Satu lagi, film ini masih mengambil cerita dari sudut pandang pria. Tak jauh beda dengan film pertamanya. Ican, adalah pria yang sudah matang dan siap menikah. Hanya saja ia menganggap semuanya main-main saja. Namun, ketika sebuah kejujuran yang datang dari mata, ketulusan dalam bersikap, Ican kemudian mulai memahami arti cinta. Namun, ini lebih kompleks. Tak hanya melibatkan Ican, namun hal-hal terdekat di sekitarnya.

Seandainya bisa menebak apa yang ada di pikiran Ican, mungkin ini yang ada di dalam pikirannya. “You can save me from the man that I’ve become”. Siapa yang bisa menyelamatkan Ican? Jatuh cinta?

Arini yang ‘Jujur’

Jangan pernah berharap Arini yang tampil di film Love for Sale 2 dengan film pertamanya. Setelah berhasil meluluh-lantahkan hati seorang pria yang sedang mencoba mencintainya, Arini kini tahu apa yang jadi tujuan hidupnya.

Malam, itu ditemaram lampu kamar paviliun yang ia sewa, pikiran Arini melayang-layang entah ke mana. Sulit untuk ditebak, namun pada bagian tertenu, kamu akan melihat Arini yang lebih jujur dan dewasa. Ia lebih dari sekadar cewek yang bisa diajak berkencan melalui sebuah aplikasi. Arini seperti sudah terlihat lebih dewasa. Tak hanya sekadar membuat seorang pria kemudian terbenam dalam pandangan matanya.

Arini lebih dewasa. Tahu betul apa yang ia lakukan. Arini menjawabanya dengan jujur di film ini. Kamu akan tahu sendiri nanti setelah menonton film, kenapa pada akhirnya Arini melakukan pekerjaan yang membuat orang lain jatuh cinta padanya.

Tetap saja, setiap gerakan Arini selalu memesona. Warisan yang ia tinggalkan di film pertama tak bisa diubah begitu saja. Tatapan matanya, senyumannya, gaya bicaranya, Ah, Arini. sekarang kami benar-benar tahu bagaimana menyelami cinta yang mungkin kerap kali kami pertanyakan. Sampai kami pada akhirnya, kami tidak mengerti cinta apa yang sebenarnya sedang engkau tinggalkan ketika kamu sudah menjawabanya.

Tetap saja, pada akhirnya kita semua akan sayang pada hampir semua pemeran dari masing-masing karakter di film ini. Arini, memang berhasil membuat siapa pun kembali merasakan cinta dan sayang.

Bagian Akhir yang Menghujam

review-film-love-for-sale-2-tulus-yang-dibiarkan-pergi-dengan-alasan

Sebelum kita semua terlalu cepat ke bagian akhir di mana kesimpulan sementara bisa dibuat, mari kita bicarakan hal yang menarik lainnya dari film ini. Pergerakan kameranya terlihat sangat menarik. Setiap sudut terlihat dimainkan dengan sisi-sisi yang gundah dan lelah karena cinta.

Sang Ibu yang sedang shalat Tahajjud, Arini yang datang dari peron kamera, Ican yang sedang duduk santai di trotoar kawasan Sudirman dan masih banyak lagi pengambilan gambar yang terlihat matang. Semuanya adalah warna-wana cantik yang melengkapi cerita hingga menuju bagian akhir.

Arini memang memberikan alasannya atas semua yang ia lakukan. Ia pergi dengan alasan yang sudah terjawab di film kedua ini. Sebuah alasan yang kemudian menuntun kita kembali ke sebuah tempat yang akan kamu kenang. Sebuah tempat di mana ia mungkin pernah jatuh cinta. Kali ini, mungkin saja ia datang dengan tulus berada di belakang sebuah mobil tua berwarna biru. Arini datang dengan tulus dan sebuah alasan.

Tayang di bioskop mulai tanggal 31 Oktober 2019, kami tidak bisa berbasa-basi lagi tentang cinta. Terkadang ia jenuh, terkadang ia begitu percaya diri sampai pada akhirnya ia datang dan memberikan kejelasan yang sejujur-jujur dan tulus serta begitu dalam. Love for Sale 2 seharusnya sudah cukup.

Cek jadwal biokosp dan beli tiket nonton filmnya di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS. Jangan lupa tulis review film Love for Sale 2 kamu di BookMyShow.