Review Film Joker: Cerita Tergelap Joker dan Dua Jam Eksplanasi Kegilaannya

Tak pernah dalam film-film DC sebelumnya kita dijelaskan siapa Joker dan bagaimana ia hadir di Gotham City sebagai rival abadi Batman. Dalam film ini, semua kepuasanmu tentangnya akan terbayarkan. Tanggal 2 Oktober 2019, film Joker hadir di layar kaca seluruh dunia untuk menjelaskan kegilaannya. Seperti apa ulasannya?

Jauh sebelum menjadi Joker, Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) hidup sepi dalam gaduhnya Gotham. Tanpa sosok Ayah, satu-satunya sahabat yang ia miliki adalah Ibunya yang rapuh, Penny Fleck (Frances Conroy).

Arthur menjalani kehidupan sehari-harinya menjadi dua sosok badut; yang pertama adalah pekerjaan sehari-harinya sebagai badut sewaan, yang kedua adalah sisi aslinya. Menjadi badut membuatnya merasa diterima di masyarakat, walau ia tetap sering dikerjai dan diolok sekelilingnya.

Walau diberi panggilan “Happy” oleh Ibunya, Arthur tak pernah merasa bahagia sekali pun. Hadirnya Murray Franklin (Robert De Niro) justru membawa kekecewaan baginya. Lalu bagaimana transformasi Arthur Fleck menjadi Joker? Apa titik balik baginya? Apa hubungannya dengan Arkham State Hospital (Arkham Asylum)?

Disutradarai dan diproduseri oleh Todd Phillips, Joker adalah pengungkapan mitologi yang tak pernah disentuh dalam film-film Joker sebelumnya.

Kesepian Arthur

Berada dalam kurun waktu di tahun 1981, Joker menceritakan awal mula kekacauan kota Gotham. Jika dalam film-film sebelumnya kita selalu disuguhkan Gotham sebagai kota yang hancur dan gagal, di sini kita akan melihat bagaimana itu semua bermula.

Kita dibawa masuk ke dalam rusuhnya kota yang sering kita jumpai; orang jahat berkeliaran, perbedaan si kaya dan si miskin, dan kekecewaan terhadap pemerintah. Dan Arthur adalah salah satu orang yang gagal bereaksi terhadap itu. Mirisnya, ia harus menghadapi semuanya seorang diri.

Mengerti, Tapi Tak Akan Paham

Seolah dibuat mengerti, tapi Joker tetaplah Joker. Sedalam apa pun kita mencoba mengerti, tapi ia sulit sekali dipahami. Joker mencoba membawa kita berdiri dalam persepsinya. Jangan kaget jika dalam beberapa saat, kamu ingin membela semua yang dilakukannya. Tapi juga jangan terkejut jika setelah menyadari itu semua, kamu merasa dipermainkan oleh pikiran-pikiran Arthur.

Todd Phillips dengan pintar membawa kita berputar-putar untuk melihat Joker dari berbagai sisi, tanpa kita sadari. Dipadu dengan piawainya akting tiga kali peraih nominator Oscar Joaquin Phoenix memainkan mimik, jangan harap dengan menonton Joker kamu akan bisa memahami isi kepalanya.

Joaquin Phoenix Kandidat Peraih Oscar?

Hampir dari awal hingga akhir, wajah Joaquin Phoenix benar-benar mengisi film ini. Todd Phillips benar-benar paham bahwa untuk membawa kita masuk ke dunia Joker, ekspresi wajah adalah kunci. Jadi jangan heran jika wajah Joaquin Phoenix dan ekspresinya benar-benar memainkan emosimu sepanjang dua jam film.

Joaquin Phoenix pun memerankannya dengan sempurna. Jika Jared Leto adalah versi rusuh dan Heath Ledger adalah versi psikopat, Joaquin Phoenix adalah versi liar dan menyeramkan. 

Ia mampu mengantarkan kita melihat transformasi bagaimana seseorang yang merasa gagal akhirnya bisa berada di titik balik yang membuatnya superior – dalam arti yang negatif. Ia bisa memerankan kompleksitas Joker dengan halus tanpa cacat. Tak heran jika ia digadang-gadang sebagai kandidat kuat peraih Oscar selanjutnya.

Tayang mulai dari tanggal 2 Oktober di bioskop, kamu bisa cek jadwal bioskop film ini di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS. Jangan lupa siapkan ulasan atau review Joker kamu di BookMyShow.