Review Film: Dark Phoenix, Ruh Terakhir Para X-Men

Bagian perpisahan memang selalu tak menyenangkan bagi semua orang. Ada yang harus pergi dan ada yang datang.  sesuka hatinya saja. Charles Xavier (James McAvoy) tahu betul tentang hal itu. Ia mencoba menyelamatkan para mutan sebelum pergi begitu saja, karena kerap berbeda visi dari dirinya.

Ia selalu merasa yang paling benar. Menempatkan mutan di sebuah sekolah menjadikan mereka tak lagi dianggap musuh bagi manusia. Sayang, tak semuanya setuju dengan hal itu. Bukan lagi Erik/Magneto (Michael Fassbender), namun kali ini Raven (Jennifer Lawrence) sudah merasakan tujuan yang berbeda dari Charles.

Ia mulai tak sependapat lagi dengan Charles, meskipun ia adalah sahabat yang selalu mendampingi Charles sejak kecil. Perbedaan itu, harus dibayar mahal. Pancaran energi kosmik yang hinggap di tubuh Jean Grey adalah salah satunya.

Ada energi baru yang dirasakan oleh Jean Grey. Energi yang kemudian memisahkan Charles dan Raven, namun menyatukan kembali Charles dan Erik. Sebuah sikap yang selama ini bertolak belakang diantara mereka berdua. Namun, sekali lagi, akhir dari bersatunya Charles dan Erik harus dibayar mahal dengan darah dan kehilangan. Lalu, apa yang membuat Charles dan Erik akhirnya bersatu? Siapa yang harus tewas dan berkorban untuk semua ini? Bagaimana energi ‘Phoenix’ yang dimiliki oleh Jean Grey? Semuanya bisa kamu temukan di film Dark Phoenix yang akan tayang pada tanggal 14 Juni 2019 nanti di bioskop.

X-Men: Dark Phoenix akan jadi bagian akhir dari perjalanan film X-Men Universe. Ada ruh yang hilang dan jadi yang terakhir. Terima kasih X-Men.

Emosi yang Hilang

review-film-dark-phoenix-akhir-dari-ruh-para-x-men

Film ini dimulai dengan baik. Seperempat dari bagian cerita film ini berjalan mulus. Kamu akan tahu bagaimana Jean Grey akhirnya mendapatkan kekuatan Dark Phoenix. Kamu juga bisa melihat bagaimana emosi yang nyaman dari Charles Xavier setelah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah Amerika dan menjadi ‘superhero’.

Sayangnya setelah itu, ada yang hilang dari kisah para mutan ini. Terutama emosi yang ingin disampaikan. Tak seperti tiga film sebelumnya X-men : First Class (2011), X-men: Days of future past (2014), X-men: Apocalypse (2016). 

Benar, emosi dari babak akhir para mutan secara keseluruhan masih terjaga dengan baik di film X-Men: Dark Phoenix. Sebagai karakter yang seharusnya menjadi sorotan, Jean Grey memang terlihat kalem dengan kekuatan super yang sangat mengerikan, sehingga ia bisa melenyapkan apa saja yang  ia mau, berdasarkan suara-suara yang mengalir di pikirannya.

Sayangnya, Sophie Turner belum terlalu maksimal dalam memainkan perannya dan emosi yang seharusnya lebih meluap lagi. Namun, rasa depresi dan dan terkurung dengan kengerian kekuatannya mampu ditampilkan dengan cukup baik.  Sisanya, semua alur cerita berjalan datar-datar saja. Lalu, apakah film ini berjalan sebagaimana kisah akhir para superhero?

Dark Phoenix tidak hanya tentang Jean Grey. Ada beberapa hal yang masih menarik dari film ini. Pamer kekuatan para mutan masih sangat kuat di film ini. Masih ada Charles Xavier dan Erik masih mampu mengalirkan peran mereka sebagai ‘bos’ para mutan di film ini.  Raven alias Mystique pun masih punya pesona dinginnnya.

Karakter Hank dan Cyclops yang masih muda pun mampu mencuri perhatian. Jadi, jawabannya, hanya akan kamu temukan langsung dengan menonton filmnya langsung di bioskop.

Baca Juga: Sebelum Dark Phoenix Tayang, Ini Urutan Nonton Film X-Men yang Tepat

Pesona Magneto

review-film-dark-phoenix-akhir-dari-ruh-para-x-men
Magneto X-Men Marvel

Siapa pun tampaknya sepakat, melihat Magneto sebagai salah satu karakter yang paling tidak disukai. Posisinya sebagai mutan yang selalu bersebrangan dengan Charles. Pesona ini sudah tertanam sejak film X-Men pertama kali diputar di tahun 2000.

Berganti timeline, pesona Magneto alias Erik masih tetap kuat. Apalagi sang aktor Michael Fassbender benar-benar mampu memainkan emosinya dengan baik. Begitu pula di film Dark Phoenix. Pesona Magneto sangat terasa kuat, bahkan lebih baik dari Charles yang sebenarnya berganti posisi menjadi sosok yang jahat.

Mulai dari gaya bicaranya, ekspresi wajahnya begitu mengetahui ia kehilangan orang yang dicintainya hingga bagaimana ia menggunakan kekuatannya yang mampu memanipulasi medan magnet. Semuanya terasa komplit di film ini.

Bahkan, pertarungan satu lawan satu antara Dark Phoenix dan Magneto benar-benar seru pada bagian ini. Bukan hanya sekadar duel kekuatan mutan, namun juga duel psikis mereka. Karakter Magneto pun bisa dibilang sebagai salah satu kunci yang membuat film ini punya nada manisnya.

Jessica Chastain

review-film-dark-phoenix-akhir-dari-ruh-para-x-men

Satu lagi yang tampil baik adalah aktris Jessica Chastain. Perannya sebagai Vuk, alias villain yang lebih mengubah sudut pandang Jean Grey dan menggunakan kekuatan Dark Phoenix untuk hal yang salah pun patut diberi nilai plus untuk film ini.

Ia sukses menjadi sosok makhluk berwujud manusia dan memporak-porandakan pasukan X-Men. Bahkan sebuah visual perpindahan energi kosmik dari Jean Grey dan Vuk terasa bagus di film ini.

Terlepas dari semua itu, film ini bukan hanya bercerita tentang Dark Phoenix, namun X-Men secara keseluruhan. Bagian akhir yang memang tidak menyenangkan bagi semua orang. Sekaligus memancing rasa penasaran, apakah para mutan akna bergabung dalam dunia Marvel Cinematic Universe? Entahlah.

Dark Phoenix adalah adalah satu kepingan terkahir pada X-Men Universe yang wajib kamu tonton. Akan tayang pada tanggal 14 Juni 2019, kamu sudah bisa beli tiket nontonnya dengan klik gambar di bawah ini atau melalui  situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS.