Review Film: Bohemian Rhapsody, Kembalinya Energi Legendaris Freddie Mercury

Penuh dengan lirik-lirik rumit, nada-nada yang tidak dapat ditiru, inilah gambaran yang diciptakan oleh Queen. Bagi para pecinta musik dahulu kala, begitu mendengar Queen mereka akan bersenandung atau berdansa mengikuti gerakan irama musik yang diciptakan

Bagi generasi sekarang, kamu bisa merasakannya langsung melalui film Bohemian Rhapsody. Sentuhan liar nada-nada musik yang begitu menyala setiap kali Queen tampil di acara konser akan digambarkan secara detil. Berikut review Bohemian Rhapsody dari BookMyShow.

Sulit ditebak dan keras kepala, namun menyimpan aliran nada-nada yang sempurna dan sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Freddie “We belong to them” adalah gambaran kesempurnaan yang ingin ia berikan kepada pendengar musik.

Semuanya dikerjakannya bersama-sama dengan Brian May, John Deacon, Roger Taylor dalam sebuah harmonisasi bernama Queen. Grup band yang awal mulanya hanya tampil dengan musik rock standar.

Ciri khas Queen mulai berganti ketika mereka melepas ide-ide liar di dalam kepala masing-masing personil. Ciri khas yang sulit ditiru oleh musisi lain dari belahan dunia mana pun.

Seperti halnya grup musik atau band yang lainnya, Queen tidak bisa lepas dari konflik-konflik kecil hingga besar. Mulai dari perselisihan antara anggotanya. Ego Freddy yang terlalu tinggi, kebiasaan buruknya, hingga rencana Freddy yang bersolo karir.

Tidak hanya konflik internal, namun konflik di dalam batin Freddie juga kerap memuncak. Membuatnya lupa siapa ia sebenarnya. Bahkan mampu menghancurkan jati diri Freddie, meskipun sebenarnya ia memiliki banyak teman-teman baik yang mampu melindungi dirinya. Seperti apa kelanjutan dari kisah Queen dalam perspektif film Bohemian Rhapsody?

Alur Cerita

review-film-bohemian-rhapsody-kembalinya-energi-legendaris-freddie-mercury
Sumber: Twentieth Century Fox

Bohemian Rhapsody digarap dengan baik oleh sutradara Bryan Singer. Sebuah hidangan pembuka sudah menampakkan sosok elegan seorang Freddie Mercury. Kemudian, penonton akan diajak untuk kembali mengenang masa lalu kehidupan Freddie yang aslinya bernama Farrokh Bulsara.

Bagaimana ia pertama kali bertemu dengan Roger Taylor dan juga Brian May atau menjual sebuah mobil tua untuk memulai rekaman di studio. Bagaimana mereka akhirnya menemukan John Deacon yang mengisi posisi bas untuk band yang akhirnya bernama Queen.

Namun, Bryan Singer mengemasnya dengan baik sepertiga awal film. Memasuki momen dimana Queen semakin dikenal, termasuk melakukan konser di depan ratusan ribu orang,

Apalagi ketika lagu-lagu hits Queen kembali diputar, ada energi yang terpancar dari layar lebar di bioskop. Mengajak semua penonton yang pernah mendengarkan lagu-lagu Queen seakan-akan ingin bersuara lantang beradu padu dengan ribuan penonton yang ikut menyanyikan lagu terbaik mereka.

Ketika lagu-lagu hits Queen kembali diputar, ada energi yang terpancar dari layar lebar di bioskop. Mengajak semua penonton yang pernah mendengarkan lagu-lagu Queen seakan-akan ingin bersuara lantang beradu padu dengan ribuan penonton yang ikut menyanyikan lagu terbaik mereka.

Bagian yang merinding tentu saja adalah lagu berjudul “Love of My Life”. Belum juga bibir Freddie berada di depan mikrofon, penonton sudah memulai dengan gemuruh suara memadukan setiap lirik-lirik romantis di dalamnya. Hal ini yang disampaikan oleh sang sutradara di sepanjang film Bohemian Rhapsody.

Meskipun mampu menularkan energi yang menggetarkan jiwa, film Bohemian Rhapsody masih memiliki beberapa kekurangan. Ada kesan terburu-buru yang disampaikan di dalam film ini, sehingga klimaks dari adegan-adegan antara Freddy dan Queen seakan terpisah.

Selain itu visual-visual tentang prestasi Queen yang dibuat seperti kekinian terlihat menganggu. Meskipun hanya berdurasi beberapa detik, namun setidaknya visualisasi perstasi dan testimoni untuk Queen bisa diganti dengan menampilkan energi dari masing-masing karakter, terutama yang diperankan oleh Rami Malek dan Gwilym Lee.

Bohemian Rhapsody

review-film-bohemian-rhapsody-kembalinya-energi-legendaris-freddie-mercury
Sumber: IMDB

Terlalu banyak hal yang melegenda dari Queen. Terlalu panjang juga untuk mengurainya satu per satu. Namun, sesuai dengan judul filmnya, Bohemian Rhapsody menggambarkan satu mahakarya yang indah.

Bohemian Rhapsody adalah simbol peradaban baru dalam dunia musik. Liriknya aneh, musiknya pun tak kalah membingungkan. Setidaknya itulah momen yang ditampilkan di dalam film ini.

Sedikit kembali ke belakang, di dalam film ini juga diceritakan bagaimana proses pembuatan lagu Bohemian Rhapsody. Bagaimana akhirnya Fred tersendat di bagian awal lagu dengan jari-jari lentiknya di atas piano.

Bagaimana Roger begitu kesal dengan Fred yang begitu perfeksionis dengan ide-ide di kepalanya. Beigtu juga dengan Bryan yang hanya bisa geleng-geleng kepala dengan tingkah Fred untuk lagu berjudul “Bohemian Rhapsody” ini.

Terasa sangat sebentar, tidak seperti berbagai cerita lainnya yang merangkum berbagai proses dan fakta dari lagu “Bohemian Rhapsody” yang penuh lika-liku. Seperti yang sudah kami utarakan sebelumnya, akan sangat panjang menampilkan cerita film ini secara gamblang dan sangat detil.

Bryan Singer sekali lagi sudah berusaha sebaiknya untuk menampilkan cerita dibalik proses pembuatan lagu “Bohemian Rhapsody” sekaligus menggambarkan energi yang dialirkan oleh Freddie Mercury untuk untuk lagu ini. Seandainya, beberapa cut scene tetap ditampilkan, meski memakan waktu yang cukup lama, energi Bohemian Rhapsody bisa jadi lebih sangat terasa di dari filmnya.

Rami Malek

film-bohemian-rhapsody-bagian-dari-mahakarya-legendaris-freddy-mercury
Sumber: Fox Century

Berperan sebagai seorang Freddie Mercury bukanlah hal yang mudah. Bagi generasi yang senior mungkin akan bertanya-tanya kenapa Rami Malek yang harus memerankan sosok ini. Bagi pemuja setianya mungkin bahkan bisa lebih ekstrim lagi, tidak akan ada yang mampu menggantikan sosok sang legenda.

Namun, Rami Malek tampil baik di film ini. Posturnya mungkin tidak terlalu tinggi. Namun, Rami Malek sangat lihat memainkan “sisi lain” seorang Freddie Mercury. Sisi maskulin yang mungkin tertutup karena kegemilangan Fred sebagai seorang rockstar di masa lalu.

Rami Malek mampu memainkan sosok Fred yang sebenarnya sangat manja, centil namun begitu egois ketika sudah menciptakan lagu. Atau, ketika Fred harus mengalah dengan keliarannya di luar panggung dan studio musik.

Namun, tetap saja, pesona Rami Malek belum mampu menggoyang dominasi Freddie Mercuri yang asli ketika berada di atas panggung dengan gayanya yang yang ekspresif. Sampai pada akhirnya penonton akan melihat bagaimana Rami Malek yang mampu menghidupkan Wembley dalam konser Live Aid pada tahun 1985.

Setidaknya, pada fase ini Rami Malek sudah mampu mendekati karakter seorang Freddie Mercury. Terlepas dari itu semua, usaha Rami Malek patut diacungi jempol. Bahkan dalam sebuah video singkat dibalik layar, Rami Malek benar-benar belajar khusus untuk mencitakan gerakan-gerakan eksplosif Freddie Mercury yang asli di atas panggung.

Ingin punya review Bohemian Rhapsody versi kamu sendiri? Kamu bisa menonton filmnya saat Midnight pada tanggal 27 Oktober 2018 di bioskop. Sementara itu, film Bohemian Rhapsody secara serentak akan diputar pada tanggal 31 Oktober. Cek selalu updatenya di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS.

6 thoughts on “Review Film: Bohemian Rhapsody, Kembalinya Energi Legendaris Freddie Mercury

Comments are closed.