Film-film jaman dahulu memang punya banyak kenangan. Makanya tidak jarang rumah produksi dan sutradara kemudian berlomba-lomba untuk membangkitkan nostalgia tersebut.
Salah satunya adalah dengan membuat film remake dari beberapa judul film jadul yang pernah populer di masa lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, judul film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss (2016) Pengabdi Setan (2017) bisa dikatakan sukses ditampilkan dalam versi remake.
Namun, sepanjang sejarah perfilman di Indonesia, tidak semua film-film remake ini sukses besar. Ada kalanya mereka hanya menumpang nama, namun dengan hasil yang biasa-biasa saja bahkan cenderung hancur-lebur.
BookMyShow kali ini akan berbagi tentang tujuh film remake Indonesia yang gagal total mengulangi kesuksesan pendahulunya. Apa saja ya?
1. Badai Pasti Berlalu
Rilis pertama kali pada tahun 1977, Badai Pasti Berlalu Jadi salah satu film hits pada masanya. Pada saat itu, Roy Marten dan Christine Hakin menjadi pemeran utamanya. Selain jalan cerita, salah satu kekuatan film ini adalah penampilan musik yang mengiringi potongan adegan-adegannya.
Namun, pada tahun 2007, Badai Pasti Berlalu di remake dengan menempatkan dua aktor muda yaitu Vino G Bastian dan Raihannun. Meskipun hadir dengan suasana yang lebih segar dan duaktor dan aktris yang saat itu sedang naik daun, namun faktanya Badai Pasti Berlalu terlihat biasa-biasa saja.
Meskipun tidak bisa dibilang gagal, namun, Badai Pasti Berlalu versi tahun 1977, jadi lebih menarik ketimbang film yang rilis pada tahun 2007.
2. Catatan (Harian) si Boy
Era anak muda yang menggeliat di era ’80-an sukses menghadirkan “Si Boy” sebagai sosok yang begitu digemari. Melalui film berjudul Catatan Si Boy, gambaran tersebut dapat dilihat secara besar.
Gaya anak-anak muda Indonesia, khususnya Jakarta tersaji di film ini. Begitu pula dengan lika-liku kehidupannya. Gaya, pesta, dan cinta adalah bagian dari film Catatan Si Boy. Pada tahun 2011, “Boy” terlahir kembali dengan judul Catatan (Harian) Si Boy.
Bukan Remake, namun lebih kepada pembaharuan cerita yang disesuaikan dengan kehidupan anak-anak muda pada masanya. Sayang, cerita Si Boy dalam versi baru ini terlihat gagal mengembalikan esensinya. Ario Bayu yang menggantikan peran Onky Alexander sebagai si Boy memang terlihat lebih “macho” namun, penampilannya biasa-biasa saja.
3. Hantu Jeruk Purut Reborn
Rilis pertama kali pada tahun 2006, Hantu Jeruk Purut sejatinya mampu mencuri perhatian penggemar film khususnya bergenre horor. Meski tergolong biasa saja, namun animo akan mitos “penunggu” Jeruk Purut menjadi salah satu modal yang kuat untuk menarik perhatian penonton.
Pada tahun 2017, Hantu Jeruk Purut kembali hadir dalam versi reborn. Namun, sayangnya film ini gagal total menampilkan kesan yang dibilang menarik perhatian penonton. Alhasil, Hantu Jeruk Perut Reborn jadi bulan-bulanan dan tak mampu meraih sukses besar seperti pendahulunya.
4. Galih dan Ratna
Gita dan Cinta jadi salah satu film jadul yang pernah meraih sukses pada masanya yaitu, pada tahun 1979. Pada tahun tahun 2017 yang lalu, kisah Gita dan Cinta ini diremake dengan film berjudul Galih dan Ratna.
Sebagai sebuah film, Gita dan Cinta pada masanya mampu memengaruhi anak-anak muda pada masanya. Namun, pada tahun 2017, kisah anak-anak muda yang diadaptasi melalui peran yang dimainkan oleh Refal Hady dan Sheryl Sheinafia ini ternyata tampil biasa-biasa saja.
Namun, yang menarik di film terbarunya, ada banyak visual-visual yang cantik.
5. JomBlo
Tahun 2006, tangan dingin Hanung Bramantyo berhasil menggambarkan kehidupan anak-anak muda di Bandung berjudul Jomblo. Ringgo Agus Rahman, Christian Sugiono, Rizky Hanggono, dan Dennis Adhiswara, tampil dengan gaya yang menggambarkan anak-anak kuliah di masa perantauannya.
Nah, di tahun 2017, film ini diremake ulang. Pemeran dan sutradaranya tentu saja sudah berganti. Namun sayang, dalam versi terbarunya, Jomblo tampil ala kadarnya dan bahkan cenderung tidak lucu sama sekali.
6. Benyamin Biang Kerok
Bisa dikatarakan ini film Reborn paling hancur. Benyamin Biang Kerok berhasil mengeksploitasi kelucuan dari komedian Benyamin S. Meski sangat-sangat lawas, namun Benyamin Biang Kerok di versi tahun 1972 ini masih sangat lucu dan relevan hingga kini.
Pada tahun 2018, karakter Benyamin coba didhidupkan lagi. Sayang, dengan naskah dan akting yang sangat buruk, film ini jadi terkesan film asal jadi yang dibuat hanya untuk memenuhi kebutuhan ego saja.
Padahal, nama Hanung Bramantyo dan Reza Rahardian jadi nama besar yang menjadi salah satu kekuatan dari film ini.
Baca Juga: 8 Film Horor Indonesia Tahun ’80-an, Seramnya Bikin Susah Tidur