Review Film: Countdown, Aplikasi Pembunuh yang Tak Mengerikan

Apa hal yang paling menyenangkan dalam hidup ini. Bermain-main dengan aplikasi adalah salah satunya. Benar-benar, aplikasi-aplikasi yang terpasang di ponsel pintar kita. Panjat sosial dengan media sosial Instagram misalnya. Atau adu urat dengan media sosial Twitter.

Ah, bagaimana  jadinya bila sebuah aplikasi dapat menentukan sisa waktu yang kita miliki untuk hidup? Melalui fitur hitung mundur, aplikasi tersebut dapat memberitahu berapa tahun, hari, hingga sisa detik yang kita miliki sebelum kematian menjemput. Paling tidak itulah ide utama yang ditampilkan pada Countdown; sebuah film horror garapan sutradara Justin Dec yang dirilis bulan Oktober 2019 ini. Segera tayang di bioskop Indonesia, berikut ulasan film Countdown

Aplikasi Pencabut Nyawa

ulasan-film-countdown-aplikasi-pembunuh-yang-tak-mengerikan

Tak ada yang salah dengan hidup Quinn Haris (Elizabeth Lail) selama ini. Sebagai seorang perawat baru di sebuah rumah sakit dan menjalani rutinitasnya sehari-hari. Namun, kenyataan berbicara lain ketika ia mendapatkan dirinya hanya memiliki waktu dua hari untuk bertahan hidup. Haris mengunduh aplikasi tersebut setelah ia mengetahuinya dari salah satu pasien yang ia rawat. Dapatkah Haris lari dari kenyataan bahwa hidupnya telah terancam dan digatungkan pada sebuah aplikasi pencabut nyawa?

Tidak dapat dipungkiri bahwa ide cerita yang ditawarkan pada film ini cukup menarik dan mengundang penasaran.  Apalagi dengan keberadaan ‘aplikasi’ yang menjadi kunci utama dari konsep cerita. Tentunya sangat relevan pada konteks masyarakat sekarang, dimana teknologi digital kini menjadi entitas yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia.

Melalui eksekusi dan penulisan yang baik, film ini memiliki potensi untuk menghadirkan dunia bergaya dystopia tersendiri layaknya jagat Black Mirror di mana eksplorasi terhadap hubungan teknologi dan hidup manusia dapat menjadi hal yang dapat ditonjolkan pada film.

Horor Tanpa Beban

ulasan-film-countdown-aplikasi-pembunuh-yang-tak-mengerikan

Countdown disebut sebagai salah satu film horor. Tahu dong pastinya, jika kamu menonton film horor, seharusnya ikut terbawa suasana mengerikan di sepanjang ceritanya. Namun, untuk disebut horor pun rasanya kurang tepat. Thriller, tak terasa mencekam sama sekali. Teror psikologi apalagi. Countdown hanya mencoba menempatkan sisi relevansi manusia yang terjebak dalam dunia maya. Orang-orang ini kemudian merasa parno dengan hal-hal yang terjadi di sekitarnya.

Lagi-lagi, film ini pun gagal untuk mengeksplorasi hal tersebut. Alih-alih menghadirkan cerita layaknya jagat Black Mirror, Countdown hanya sekadar menjadi film horror yang  mengandalkan jumpscare murahan dan aktor berparas menarik. Sepanjang film, kita dipaksa untuk mengikuti petualangan karakter utama dalam menyiasati strategi sang “iblis pencabut nyawa” yang kebetulan menyambi peran sebagai app developer (pembuat aplikasi). Berbagai cara seperti meretas ke dalam server hingga akhirnya bala bantuan datang dari seorang pendeta nyentrik, karakter utama harus menemukan cara untuk mengalahkan sang pencabut nyawa. 

Plot yang ditawarkan juga tidak masuk akal dan bahkan terkesan seperti guyonan. Tokoh utama juga kurang dapat membawa tiap adegan menjadi mencekam, aktinya begitu plain dan kurang meyakinkan. Belum lagi dengan chemistry yang tidak dapat ditemukan di antara tokoh pada film. Penulis juga mencoba untuk memasukan sisi emosional dengan menampilkan latar belakang cerita mengharukan tentang keluarga tokoh utama. Lagi-lagi, sisi emosional ini gagal digali lebih dalam untuk ditampilkan karena kurangnya chemistry antar tokoh. 

Walau begitu, Countdown menjadi film horor yang cocok bagi kalian yang ingin terpicu adrenalinenya. Selain itu, sound effet dalam film ini konsisten sehingga sukses membuat suasana semakin mencekam. Berani nonton filmnya?

Penulis: Fahra Affifa