Review Film: Rambo: Last Blood, Veteran Brutal yang Harus Beristirahat

Meski kulit wajahnya sudah berkerut dan ototnya sudah tak sekuat dulu lagi, John Rambo maish menyisakan trauma masa lalu di kepalanya. Trauma yang menggiring dirinya untuk menyembunyikan fakta dirinya sendiri. John Rambo bukanlah orang baik.  Semuanya akan disajikan di dalam film Rambo: Last Blood, seri kelima dari cerita film Rambo.

Kepergian Gabrielle (Yvette Monreal) ke Meksiko adalah awal permasalahan yang muncul. Meskipun punya keluarga yang hangat di Arizona bersama neneknya Carmen Delgado (Paz Vega) dan pamannya John Rambo (Sylvester Stallone), Gabrielle tetap masih penasaran dengan masa lalunya.

Sayang, beribu sayang, nasib Gabrielle tdak menyenangkan di Meksiko. Ia memang menemukan fakta asli tentang sosok Ayahnya. Namun, ia menemukan fakta yang tidak menyenangkan. Gabrielle terlibat tentang hal yang kelam. Ia jadi budak sex bagi para kartel dan polisi korup di Meksiko.

Sudah berhari-hari tak pulang ke Arizona, John Rambo akhirnya bangkit dengan satu alasan. Menemukan kembali keluguan Gabrielle yang menyemangati hidupnya usai menjadi veteran perang. Sayang, semuanya sudah terlalu telat.

Telat bagi Gabrielle, namun belum bagi John Rambo. Seperti apa kisah selanjutnya? Film ini akan tayang pada tanggal 18 September 2019 di bioskop jaringan 21 cinema. Pastikan kamu untuk menonton filmnya.

Premis Statis

review-film-rambo-last-blood-veteran-brutal-yang-harus-beristirahat

Film Rambo pertama, kedua dan ketiga oke. Keempat masih oke. Kelima? So-so. Plot yang ditawarkan di dalam film ini terlalu standar dan statis. Masih menyoal trauma John Rambo yang tak henti-hentinya hilang. Ditambah lagi, kepergian seorang wanita muda yang kemudian tak kembali dan menghilang.

Terlalu standar? Terlalu statis? Iya. Film ini seperti cerita film seorang veteran polisi, militer atau intelejen yang kemudian anggota keluarganya diculik dan menuntut balas dendam. Premis yang terlalu statis dan kemudian selesai begitu saja.

Rambo: Last Blood standar. Mungkin ini pilihan yang dihadirkan untuk menyajikan cerita selanjutnya dari seorang veteran perang Vietnam. Namun, masih tetap bisa diterima, mengingat film kelima dari Rambo ini mampu menyajikan sentuhan drama yang yang lebih baik, dan disajikan tanpa bertele-tele.

Tak perlu mengulang roamnsa Rambo atau Gabrielle terllau lama. Penonton sudah digiring pada solusi yang tak pula bertele-tele. Untuk bagian ini, Rambo: Last Blood berada dalam fase yang baik.

Nilai plus film ini juga terlihat di beberapa bagian.  Tak harus diselesaikan dengan action, namun pada kekuatan karakter. Sayang, hanya Sylvester Stallone dan Paz Vega yang mampu memainkan perannya dengan baik. Meskipun begitu film ini masih menyisakan hiburan terbaik.

Hiburan yang akan menggiring penonton dengan hal-hal yang sangat disukai. Seperti melihat John Wick yang hadir dalam kebrutalannya. Bahkan, terbilang sangat brutal untuk seorang veteran perang yang gerakannya sudah sangat lambat dan kerutan wajahnya yang tak bisa diperasi.

Jangna lewatkan sepertiga akhir film ini. Gila!

Sadis dan Brutal

review-film-rambo-last-blood-veteran-brutal-yang-harus-beristirahat

Tak seperti empat film sebelumnya yang masih terlihat biasa-biasa saja. Rambo: Last Blood menghadirkan pertumpahan darah yang hadir tanpa basa-basi. Dimulai dari bagaimana amarah John Rambo yang sudah tak tertahankan untuk menghabisi Vito dengan cara-cara yang sangat tidak wajar. Mengerikan, brutal, dan tak perlu basa-basi.

Selanjutnya, proses bagaimana seorang veteran perang kemudian menyusun rencana dan taktik pun patut diacungi jempol. Semuanya direncanakan untuk ‘dihabisi’ dengan brutal dan mengerikan. Semuanya menyadarkan penonton bahwa jauh di dalam sana, John Rambo bukanlah orang baik.

Ia tak ada bedanya dengan seorang penjahat yang sedang mencoba menyembunyiikan jati dirinya dan membuat semuanya terlihat baik-baik saja. Sepertiga akhir film ini memperlihatkan semua itu. Tempat tinggalnya yang penuh dengan kedamaian, angin sepoi-sepoi, rumah taua yang tidak terllau bagus dan kuda-kuda jinak, berganti menjadi ladang pembantaian bagi mayit-mayit yang penuh dosa.

Kepala dipotong, tubuh dihujani paku dan tentu saja bagian organ tubuh lainnya keluar dengan potongan yang terllau kasar. Wajar, karena memang sadis.

Istirahatlah John Rambo

review-film-rambo-last-blood-veteran-brutal-yang-harus-beristirahat

Entah berapa usia John Rambo di film kelima ini. Namun, jika dilihat dari usia asli Sylvester Stallone, ia sudah berusia 73 tahun. Tergolong sangat senior. Ia sudah mencoba untuk bersitirahat menjadi seorang petinju legendaris. Sekarang saatnya, John Rambo menggantungkan busurnya. Ia harus pensiun, berisitrihat dari trauma masa lalunya.

Menggantungkan senapan dan sejumlan bom yang ia simpan di bawah tanah. Bertualang untuk menikmati masa-masa pensiunnya. Tak lagi harus memilih untuk menjadi soerang penjahat atau mencoba orang baik. Karena kita semua sudah tahu, seperti apa seorang John Rambo.

Sylvester Stallone harus melupakan masa-masa jayanya sebagai seorang Jaohn Rambo. Ia harus berisitrahat dan kemudian menikmati masa tuanya di sebuah krusi goyang yang berada di depan teras rumahnya. Bertabur rumput-rumput segar, kuda-kuda yang jinak dan cahaya matahari yang sedang cantik-cantiknya.

Bukan lagi bertumpuk pada mayit-mayit dan darah-darah segar atau lusinan bahan peledak di ruang bawah tanah. Ia bukan lagi seorang patriot. Ia hanyalah seorang veteran.