Review Film: Godzilla: King of the Monsters, Chaos yang Epik

Pertarungan epik sudah tidak terelakkan. Film kedua dari Godzilla sudah hadir di bioskop mulai 29 Mei 2019. Seperti apa ulasannya?

Tatanan alam harus diseimbangkan. Sebuah konsep adil yang selama ini hanya sekadar wacana. Bagaimana jadinya ketika konsep tersebut direalisasikan. Jonah Alan (Charles Dance) teroris dari Inggris adalah penggeraknya. Ia membebaskan para Titans yang selama ini tersimpan. Tujuannya sederhana, agar keseimbangan alam kembali tertata.

Namun, siapa sangka semua ide itu datang dari Dr. Emma Russell (Vera Farmiga), salah satu orang sukses dibalik Monarch, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan khusus melakukan penilitian terhadap kelompok Titans yang selama ini hidup di dalam kerak bumi. Emma yang selama ini dipercaya merawat dan menyimpan mereka secara rahasia justru melepaskan para Titans dan membiarkan mereka hidup di alam manusia.

Sayangnya, keinginan ini tak berjalan mulus. Mark Russell (Kyle Chandler) mantan suami Emma dan Dr. Ishiro Serizawa (Ken Watanabe), sahabat Emma sekaligus peneliti di Monarch melawan Emma. Perlawanan memang dilakukan.

Namun, mereka tidak berhasil. Apalagi kode “Monster Zero” alias King Ghidorah dilepaskan. Sosok yang paling kuat diantara para Titans. Berkepala tiga, dan mampu menumbuhkan kepalanya kembali meski setelah diledakkan dengan bom. Lincah dan bertenaga api. Tidak hanya satu, namun tiga sekaligus.

Tidak ada yang bisa menandingi Titans yang satu ini. Harapan hanya satu. Dr. Serizawa selalu percaya Gojira (Godzilla) adalah penjaga alam yang sebenarnya. Meskipun ia harus mendapatkan hadangan dari Mark, yang selalu menginginkan Godzilla mati. Tak ada pilihan lagi. Pertarungan tidak bisa dielakkan. Godzilla secara alamiah selalu ingin menjadi yang nomor satu. Tak ada yang bisa mengalahkannya. Siapa pun harus dilibas.

Godzilla: King of the MonstersLet them fight! Long live the King!

Baca Juga: Kenalkan Mothra, “Malaikat Pelindung” di Godzilla: King of The Monsters

Chaos yang Epik

review-film-godzilla-king-of-the-monsters-chaos-yang-epik
Foto: WB Pictures

 

Dari trailernya saja kamu sudah tahu bagaimana film ini akan berjalan.  Benar, Godzilla akan bertarung dengan para Titan yang lain. Tentu saja, Inti ini yang disajikan di sepanjang film. Penuh ketegangan? Tentu saja. Detak jantung Godzilla saja sudah membuat studio bioskop terasa gempar. Apalagi, ketika pertarungan dimulai. Penonton akan dibuat menahan nafas ketika menonton filmnya. Chaos!

Itu bagian pertengahan, bagaimana dengan bagian awal? Film ini masih menampilkan beberapa drama yang sebenarnya tidak perlu dibahas terlalu dalam. Siapa pun yang menonton film Godzilla pertama di tahun 2014, pasti mengetahui bagaimana hubungan antara Emma dan Mark serta bersama anak-anaknya, hingga hubungannya dengan Godzilla yang datang memporak-porandakan kota. Sebuah sisi emosi yang sebenarnya sah-sah saja diceritakan. Namun, di sini terlalu drama dan bertele-tele.

Sisanya, kita semua yang menonton memang akan diperlihatkan bagaimana pertarungan dimainkan oleh para monster. Gelap, benar-benar gelap dan tentu saja chaos. Suasana ini yang dibangun sejak awal film. Seakan-akan manusia memang tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan sekelompok monster ini.

Dari ini kamu juga akan mengetahui bagaimana kelompok monster yang dikira hanya mitos memang benar-benar ada. Mereka hidup di sebuah garis lurus dengan perut bumi. Bahkan, kamu akan melihat bagaimana masa-masa hibernasi Godzilla di film ini.

Poin ini yang sebenarnya menjadi kekuatan dari film Godzilla: King of the Monsters. Semuanya didukung dengan visualisasi yang menakjubkan. Meski dibumbui dengan tone yang sangat gelap, namun visualisasi ini setidaknya berhasil dimainkan dengan cantik oleh tim kreatif film Godzilla: King of the Monsters. 

Detil-setil guratan tubuh Godzilla benar-benar terasa di sini. Belum lagi, sosok bernama Monthra yang disebut “The Queen of Monsters” juga tak kalah anggun dan cantik. Sisanya? Ketika visualisasi ini digabungkan denga adegan pertempuran epik antara Godzilla dan Ghidorah? Chaos!

Konflik

review-film-godzilla-king-of-the-monsters-chaos-yang-epik
Foto: WB Pictures

Meskipun mampu menampilkan pertarungan yang epik dan visualnya oke punya, namun konflik yang coba disisipkan di dalam film ini terlalu campur aduk. Bahkan, cenderung bertele-tele. Terlalu banyak selipan drama yang disajikan di beberapa plot menjadikan film ini terasa hambar.

Begitu pula beberapa aktor yang terlibat memadukan konflik ini tidak mampu menunjukkan sisi emosinya. Vera Farmiga tidak selalu tampil bagus seperti ketika ia membintangi film-film horor. Namun, yang menarik adalah bagaimana emosi yang disalurkan oleh pemeran Mark dan Dr. Serizawa yaitu Kyle Chandler dan Ken Watanabe.

Ah, seandainya aja aktor Charles Dance dengan aksen british yang arogan diberi banyak ruang untuk berkreasi, dipastikan chaos yang disajikan di dalam film ini akan lebih seru.

Benar, pertarungan para monster memang melibatkan Godzilla dan Ghidorah. Namun, siapa sangka monster yang sebenarnya bukan saja mereka berdua.  Film Godzilla yang kedua  mempertontonkan pada kita semua, para makhluk hidup adalah monstery yang sebenarnya.

Penonton akan dipaksa untuk memilih sebenarnya mereka berada di pihak siapa. Emma, Mark atau Dr. Serizawa? Ketiga karakter yang percaya, bahwa Godzilla dan para monster lainnya punya ‘hak’ untuk menentukan jalan pertarungan mereka sendiri.

Nikmati saja pertarungan para monster ini. Sebuah film yang benar-benar menghibur dan memuaskan dahaga penonton tentang pertarungan yang dilakukan Godzilla. Lalu, di pihak siapakan Godzilla? Mari kita tunggu aksi Vera Farmiga di film ini, cek jadwal dan beli tiket film Godzilla: King of the Monsters. di aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS.