Review Film: Triple Threat, Laga dengan Sentuhan ’90-an

Dua tentara bayaran Payu (Tony Jaa) dan Long Fei (Tiger Hu Chen) tak menyangka nasib mereka berakhir buruk. Dikira ikut ekspedisi kemanusiaan, namun ternyata semuanya adalah kebohongan belaka.

Sekelompok tentara bayaran terlatih dari Amerika dan Inggris yang mengajak Payu dan Long Fei ternyata adalah sekelompok pembunuh bayaran.

Misi mereka adalah memusnahkan penduduk lokal, sekaligus menyelamatkan Collins (Scott Adkins). Entah siapa Collins ini, namun ia tampak begitu berbahaya.

Misi yang melibatkan Payu dan Long Fei ini tentunya memakan korban. Namun, mereka hanya tidak tahu dan tak peduli dengan siapa saja yang berada di tempat itu.

Salah satunya adalah Jaka (Iko Uwais) yang berada di tempat tersebut. Naas, istri Jaka tewas karena berondongan peluru. Berniat menuntut balas, Jaka menyusun rencana.

Sebuah strategi sudah disiapkan untuk menghabisi sekelompok pembunuh bayaran. Beberapa twist disiapkan sebagai ujung dan pangkal cerita. Triple Threat bukanlah film action yang bagus dan bukan juga jelek.

Sedang tayang di bioskop, film ini mungkin bisa jadi pilihan kamu di pekan ini.

Suasana Aksi ’90-an

Seperti film-film aksi lainnya, jalan cerita bukanlah sebuah yang penting. Ini keunggulan film Triple Threat. Jalan ceritanya sangat berantakan. Beberapa twist yang sengaja dibuat misterius terkesan dipaksakan.

Namun, bolehlah memberikan acungan jempol pada adegan-adegan aksi yang disajikan di dalam filmnya. Bagaimana Iko Uwais memamerkan silat-silatnya, lalu ada Tony Jaa yang dikenal dengan dengan Martial Arts khasnya di film Oang Bak dan aktor Tiongkok Tiger Hu Chen yang pernah berpasangan dengan Keanu Reeves di film Man of Tai Chi dengan bela diri khasnya menyajikan aksi-aksi yang kuat dengan sentuhan ’90-an.

Tiga sosok ini yang kemudian dibuatkan simbolnya sebagai “tiga ancaman” yang memberikan peljaran kepada sekelompok kriminal.

Buat kamu yang pernah menonton film-film action laga yang menonjolkan bela diri era ’90-an, pastinya akan melihat hal yang sama di film Triple Threat. Film ini mampu menampilkan gaya bela diri khas Tony Jaa dan
Tiger Hu Chen.

Ditambah lagi dengan Iko Uwais yang sudah kamu kenal sangat fasih bermain film-film laga. Satu lagi, penggunaan gradasi warna kuning pada beberapa adegan, menegaskan bahwa film ini ingin memulai kembali perjalanan aksi-aksi bela diri khas Asia, seperti film-film di era ’90-an.

Jalan Cerita? Selain berantakan dan terburu-buru beberapa kejutan yang sepertinya ingin disiapkan di dalam film ini terlihat datar-datar saja. Bahkan, tidak terkesan seperti misteri yang akan mengejutkan penonton.

Iko Uwais

review-film:-triple-threat,-laga-dengan-sentuhan-'90-an
Sumber: IMDB

Tak lengkap rasanya jika tidak memasukkan nama aktor yang satu ini. Karirnya mulai menanjak dengan cepat. Salah satu faktornya adalah karena ia bermain dengan sekelompok aktor-aktor Hollywood.

Iko Uwais memang punya peran yang sangat besar untuk mendongkrak animo penonton. Salah satunya adalah penggunaan dialog-dialog berbahasa Indonesia yang ditampilkan secara gamblang di dalam filmnya.

Namun, jangan berharap terlalu banyak melihat Iko Uwais akan memenangkan beberapa adegan laga seperti di film-film sebelumnya. Melalui film ini, karakter Iko dibuat selayaknya manusia biasa.

Meskipun jago bela diri, namun ia kesulitan melawan orang-orang yang memiliki kekuatan fisik lebih besar dan seni bela diri yang lebih tinggi darinya.

Tapi tetap saja, Iko Uwais adalah magnet yang kuat untuk menarik minat penonton di bioskop-bioskop Indonesia.