Review Film: Papillon, Cerita Keheningan dan Harapan Dari Penjara

Pencuri ulung dan disegani di Perancis. Begitulah gambaran Henri Charriere (Charlie Hunnam). Henri punya julukan ‘Papillon’ yang mengantarkannya bebas berbuat apa saja. Namun, pepatah ‘Sepandai-pandainya Tupai Melompat, Pasti Akan Jatuh Juga’ ternyata berlaku bagi Henri.

Ia tertangkap dan harus diasingkan ke sebuah penjara. Penjara tidak beradab. Tidak aturan di tempat ini. Orang-orang bisa saling membunuh hanya karena uang. Henri yang terbiasa hidup bebas ingin sekali melarikan diri dari tempat mengerikan bernama penjara.

Dalam perjalanannya ke penjara Henri bertemu dengan seorang penipu bernama Louis Dega (Rami Malek). Tubuhnya kurus, kecil. Terbiasa hidup nyaman. Para narapidana lainnya menjamin Louis tidak akan bertahan selama seminggu.

Tujuannya tentu saja adalah mengambil uang milik Louis dan bisa menyuap para sipir penjara. Mengentahui hal ini, Henri mendekati Louis dan menawarkan jasanya untuk melarikan diri dari penjara.

Sayangnya, upaya Henri untuk melarikan diri tidak berjalan mulus. Ia tertangkap dan diasingkan ke sebuah penjara dan hidup sendirian selama dua tahun. Selama itu pula Louis dengan sabar menunggu dan berharap masih melarikan diri dari penjara.

Banyak yang mengira, termasuk kepala penjara bahwa Henri sudah gila karena hidup dalam keheningan dan tanpa didukung dengan kebutuhan makanan yang mencukupi selama hampir dua tahun. Namun, kehieningan yang dirasakan oleh Henri hanyalah permulaan agar Henri dan Louis bisa melarikan diri dari penjara terkutuk.

Pertanyaannya, bisakah Henri dan Louis melarikan diri? Film Papillon adalah cerita tentang harapan dan keheningan dari tempat terkutuk, bernama penjara.

Adaptasi Kisah Nyata

review-film-papillon-cerita-keheningan-dan-harapan-dari-penjara
Sumber: IMDB

Henri Charriere bukanlah sosok yang fiktif. Ia benar-benar ada. Papillon yang dituangkan dalam buku dan film merupakan sepenggal kisah perjalanan hidupnya. Setelah berhasil lolos dair penjara dan menjadi buronan selama bertahun-tahun, Henri kembali ke Perancis dan menyerahkan catatan hidupnya pada sebuah penerbit buku untuk dituliskan.

Kisah Henri ini pernah dibuatkan filmnya dengna judul yang sama pada tahun 1973. Namun, kali ini, peran ini dimainkan cukup baik oleh Charlie Hunnam. Gaya khas orang Eropa yang selalu percaya diri dan cenderung “pongah” berhasil ditampilkan dengan cukup baik. Sesekali dengan aksen British yang masih sangat terasa, Charlie tampil percaya diri memainkan sosok seorang kriminal yang tidak pernah menyerah dalam kehidupannya.

Rami Malek yang berperan Louis Dega pun tampil baik. Perasaan gugup, ketakutan hingga gaya sombongnya sebagai orang yang “berduit” di dalam penjara berhasil dimainkan dengan apik. Sayangnya, karena film ini lebih mengangkat sosok Henri, karakter yang diperankan Rami Malek belum dimaksimalkan dengan baik.

Jalan cerita film Papillon pun sebenarnya cenderung datar, bahkan terkesan membosankan di bagian pertengahan film. Namun, ketegangan yang dibangun oleh masing-masing karakter mampu menghidupkan cerita.

Sisanya, di sepanjang film penonton akan disuguhkan dengan bagaimana rencana pelarian dilakukan. Bagaimana akhirnya, Louis harus membuat tangannya “kotor” karena untuk pertama kalinya ia harus membunuh orang.

Melihat bagaimana Henri yang selama ini dikenal sebagai penjahat masih punya hati nurani. Terdampar di Kolombia dan diasingkan di sebuah “penjara gila”. Hingga penonton diajak melihat kisah dua persahabatan, ikhlas dan mengalah tentang mimpi-mimpi yang tersimpan dalam keheningan.

Film Papillon mulai tayang hari ini di bioskop-bioskop seperti CGV Cinemas dan Cinemaxx. Buat kamu yang ingin melihat perjuangan Rami Malek dan Charlie Hunnam, yang melarikan diri dari penjara, Papillon layak untuk ditonton.

Kamu sudah bisa pesan tiket bioskopnya di situs dan aplikasi BookMyShow sekarang.

One thought on “Review Film: Papillon, Cerita Keheningan dan Harapan Dari Penjara

Comments are closed.