Review Film: Si Doel The Movie, Nostalgia yang Tak “Neko-neko”

Si Doel yang ikonik. Kembali lagi merenung dan sesekali mengernyitkan dahinya. Entah apa yang sedang dipikirakannya. Tatapan matanya kosong, seakan mencari jawaban yang sebenarnya sudah ada.

Anak Betawi yang entah tersakiti atau sedang bahagia jadi sisipan cerita Si Doel The Movie. Entah ingin mengulang kenangan manis, atau berdiam diri saja, namun, Doel mengikuti setiap perkataan Mak Nyak yang sedang sakit.

Mak Nyak berharap Doel punya jalan terbaik tentang Sarah (Cornelia Agatha). Apalagi, Doel sebenarnya tidak kesepian. Ada Zaenab (Maudy Koesnaedi) yang tak kalah bimbangnya dengan isi pikiran suaminya.  Pilihan Doel akhirnya ia lakukan untuk pertama kalinya.

Doel tak lagi bimbang tentang hatinya yang terus bertanya-tanya tentang Sarah. Apalagi, ia masih mengingat anaknya. Doel tidak ingin lagi mengernyitkan dahinya dan kemudian termenung tanpa alasan. Ia harus berbuat sesutu yang nyata, dan untuk dirinya sendiri.

Lalu, kemana akhirnya hati si Doel Berlabuh? Atau jawaban apa yang sebenarnya dicari si “Tukang Insinyur”? Kamu yang bisa menentukannya sendiri.

Si Doel Tak Neko-neko

review-film-si-doel-the-movie-nostalgia-yang-tak-neko-neko

Cerita Si Doel The Movie tidak lagi neko-neko, seperti halnya beberapa cerita film masa lalu yang kemudian ditulis ulang dengan gaya kekinian.

Meskipun menggunakan latar modern, namun Si Doel The Movie tetaplah gambaran keluarga Betawi yang berada di berbagai lika-liku kehidupan yang mungkin saja pernah kamu saksikan melalui layar televisi. Kisah si Doel membuka ruang untuk  bernostalgia, meskipun tanpa almarhum Benyamin Sueb, adalah sebuah tautan yang apik dan tidak berlebihan dari cerita sebelumnya.

Jalan ceritanya akan membawa naluri penonton terbawa suasana versi Si Doel Anak Sekolahan. Meskipun beberapa karakter lainnya kurang mampu menghangatkan suasana film.

Akan tetapi kekuatan karakternya utamanya tetap mampu mencerminkan gambaran kisah Doel dalam versi layar televisi. Mulai dari keragu-raguan Si Doel atau Zaenab, perihnya Sarah, dan lucunya Mandra menggambarkan satu kisah lama yang wajib ditonton kembali.

Cerita si Doel di film yang diarahkan sendiri oleh Rano Karno sebenarnya klise. Tentang “kangen-kemudian bimbang-tarik ulur kangen-ketemuan-dan bimbang lagi”.  Hanya saja penciptaan dramatisasinya terasa pas sehingga membantu penonton untuk menemukan jawaban akhir dari kisah cinta Doel.

Rano Karno tahu bagaimana melanjutkan cerita lamanya tanpa membingungkan penonton di masa kini. Rano Karno juga mampu menyisipkan sedikit ruang sendu untuk bernostalgia bagi penonton si Doel di masa lalu.

Mandra

review-film-si-doel-the-movie-nostalgia-yang-tak-neko-neko

 

Si Doel The Movie, tidak hanya tentang kisah cinta segita. Ada Mandra yang tak berubah. Dengan segala celetukkannya di masa lalu, Mandra ternyata mampu mencuri peran di film ini. Kejenakaannya tetap khas. Tidak berlebihan, dan tidak juga kurang.

Hanya saja, tidak ada lagi Babe Sabeni (Benyamin) atau Karyo (Basuki) yang selalu berbuat jahil kepada Mandra. Namun, Mandra tetap menjadi dirinya sendiri yang jenaka, melalui celetukan dan gestur tubuhnya. Menghibur dan sesekali membuat Doel mengernyitkan dahinya.

Jadwal Bioskop

Kelanjutan kisah si Doel sudah tayang di bioskop sejak tanggal 2 Agustus 2018 yang lalu. Ingin bernostalgia lagi tentang keluarga Betawi yang satu ini? Yuk, pesan tiket bioskopnya di BookMyShow.