Review Film: Duka, Keresahan & Ikatan Yang Kuat di Sekala Niskala

Memasuki Bulan Film Nasional yang dirayakan setiap Maret, ada kabar gembira dari film garapan Kamila Andini. Film bertajuk  Sekala Niskala atau The Seen and Unseen berhasil meraih penghargaan The Grand Prix pada kategori Generation Kplus International Jury di ajang Festival Film Berlinale ke-68 di Berlin, Jerman.

Tentu ini hal yang membanggakan karena sebelumnya belum ada film Indonesia yang menang dalam festival tersebut.

Suatu hari di kamar rumah sakit, Tantri (10 tahun) menyadari ia hanya memiliki sedikit sisa waktu untuk dihabiskan bersama saudara kembarnya, Tantra. Otak Tantra melemah dan ia mulai kehilangan indranya satu per satu. Tantra menghabiskan waktu berbaring di kamar rumah sakit sementara Tantri harus menerima kenyataan bahwa ia harus menjalani kehidupan sendiri. Situasi ini menimbulkan sesuatu di pikiran Tantri.

Tantri kerap terbangun di tengah malam dari mimpi dan melihat Tantra. Malam hari menjadi tempat bermain mereka. Di bawah bulan purnama Tantri menari, menari mengenai rumahnya, tentang perasaannya. Seperti bulan yang redup dan digantikan oleh matahari, begitu pula Tantra dan Tatri – saudara kembar yang mengalami perjalanan magis dan relasi emosional melalui ekspresi tubuh; antara kenyataan dan imajinasi, kehilangan dan harapan.

Karya Sekala Niskala sendiri dibuat lebih dari lima tahun sampai akhirnya terealisasi. Dan sejak awal, Kamila memang ingin memberikan sesuatu untuk Bali layaknya sebuah persembahan melalui sebuah karya dan pengakuan yang indah terhadap budaya yang ia kagumi.

Ide film ini berangkat dari tradisi dan kepercayaan yang ada di masyarakat Bali. “Sekala” dan “Niskala” punya makna: kehidupan yang mempercayai dua hal dengan seimbang.

Secara filososfis, keduanya berarti yang terlihat (Sekala) dan yang tak terlihat (Niskala).Dikisahkan kakak-beradik, Tantri dan Tantra sebagai sepasang kembar buncing berusia 10 tahun yang selalu bersama. Suatu hari sang adik jatuh sakit dan kondisinya tak kunjung membaik sehingga membuat Tantri terus menerus resah. Di situlah “sesuatu” dimulai.

Tantri menjadi sangat ekspresif, enerjik bahkan antusias atas setiap kejadian yang setiap harinya ia lihat dan rasakan.

Biasanya Tantri selalu mengekspresikan pada malam hari ketika tidak ada satupun orang yang memperhatikan karena tertidur lelap. Terkadang, “teman-teman khayalan atau tak kasat mata” pun ikut menemani Tantri menari. Meskipun tarian yang dihadirkan selalu sunyi karena setiap gerakan hampir jarang Tantri mengeluarkan suara.

Kamila Andini sukses menampilkan sebuah cerita dengan visualisasi yang sangat eksotis karena menampilan keindahan budaya Bali yang masih jarang diketahui oleh banyak orang.

Di film inilah Sekala Niskala layak mendapatkan pujian yang berlimpah. Sisi sinematografi dan surealisnya juga akan membuat kamu tercengang pada setiap adegan yang ditampilkan.

Selain mendapatkan penghargaan dari Berlinale Film Festival, Sekala Niskala juga pernah mendapatkan penghargaan pada nominasi Festival Film Tempo 2017, Grand Prize di Tokyo FILMeX International Film Festival 2017, dan Best Youth Feature Film di Asia Pacific Screen Awards 2017.

Dibintangi Ni Kadek Thaly Titi Kasih, Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena, Ayu Laksmi, I Ketut Rina, Happy Salma dan Gusti Ayu Raka. Sekala Niskala masih tayang di bioskop.

 
Penulis:  Anastasia Wijaya