Film The Mummy 2017 memiliki formula yang mirip dengan versi 1999. Formula mirip, cerita pun tidak jauh beda. Di versi 2017, Nick Morton yang diperankan Tom Cruise menjadi versi baru Rick O’Connell yang diperankan Brendan Fraser. Nick adalah pemburu benda arkeologi yang mengincar peninggalan dari jaman Mesir kuno. Peninggalan itu berupa mumi Ahmanet yang diperankan oleh Sofia Boutella. Kutukan Ahmanet pun hidup lagi, membangkitkan kutukan mumi setelah ribuan tahun terkubur.
Petualangan Tom Cruise sebagai Nick Morton mengambil tempat di masa kini, berbeda dengan versi 1999 yang bersetting di era 1920-an. Sebagai tentara sekaligus pemburu artefak, Nick Morton rela melakukan apa saja demi mendapatkan tujuannya. Melawan bahaya hingga terjun ke tengah peperangan meski harus bertaruh nyawa. Alex Kurtzman, sang sutradara berusaha membuat The Mummy lebih modern. Sayangnya, film ini kurang maksimal dalam menghantarkan hiburan.
The Mummy direncanakan sebagai film pembuka Dark Universe. Dark Universe adalah dunia yang dibangun Universal, seperti bagaimana Marvel membangun dunia superhero-nya. Jika di Marvel, jagoannya adalah Iron Man dan Captain America, rencananya di Dark Universe bakal menampilkan Dracula, Frankenstein, Wolfman, dan karakter-karakter monsternya. Sebelum film ini, memang ada Dracula: Untold yang juga bertujuan membangun dunianya sendiri. Sayangnya film itu tidak memiliki kelanjutan dan Universal memutuskan untuk memulai dari awal lewat The Mummy.
Tampaknya The Mummy mendapat terlalu banyak beban. Selain mendapat tanggung jawab sebagai seri pembuka Dark Universe, film ini juga berada di bawah di bayang-bayang The Mummy tahun 1999 yang sukses berat. Belum lagi dengan dijadikannya Tom Cruise sebagai tokoh utama. Ini mungkin film pertamanya yang bertema fantasi supranatural sejak film Interview with the Vampire. Dalam The Mummy, Tom Cruise tampil layaknya karakter yang biasa diperankan di film laga sebelumnya. The Mummy pun sekilas terasa seperti Mission: Impossible melawan mumi dari Mesir.
Dengan trailer yang cukup menggugah, sayangnya film The Mummy tak cukup memuaskan. Tom Cruise memang tidak perlu tampil seperti Brendan Fraser yang quirky, unik, tapi aneh. Dengan alur yang tak jarang menggelincirkan penonton pada titik jenuh, karakter-karakter pendampingnya pun juga terasa seperti tempelan. Untung saja Sofia Boutella dan Russel Crowe tampil cukup bernas. Di satu titik, film ini terasa hambar dan menjadi tontonan yang kurang menjanjikan. The Mummy versi 2017 mencoba memadukan berbagai genre mulai dari laga, horor, komedi, hingga romance, seakan tidak jelas apa yang sebenarnya ingin ditawarkan.
Sebenarnya The Mummy versi baru ini tidak sepenuhnya bencana. Beberapa adegan laga digarap dengan cukup wah. Terutama saat peti Ahmanet dibawa dengan pesawat, seperti yang terlihat dalam cuplikan trailer-nya. Di beberapa bioskop, film ini diputar dengan format ARRIRAW dengan resolusi 6.5K. Format ini masih belum digunakan banyak film karena rata-rata paling tajam berada di resolusi 4K. Keunggulan teknik ini memang harusnya sanggup membuat The Mummy memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penonton.
Di tengah bombardir film-film besar di musim panas, The Mummy bisa jadi alternatif untuk disaksikan di bioskop. Film ini tidak memiliki konten dewasa yang eksplisit, membuat film ini cocok untuk disaksikan bersama keluarga. Hanya saja, ada beberapa adegan yang menampilkan kengerian supranatural seperti mumi dan mayat hidup. Film ini cocok bagi yang ingin menyaksikan film aksi supranatural di bioskop, apalagi dengan kualitas produksinya yang cukup wah.
Film The Mummy tayang di bioskop Indonesia pada 7 Juni 2017. Kamu juga bisa membaca review film The Mummy yang ditulis BookMyShow India Blog di sini.
Baca juga:
10 Fakta di Balik Reboot Film The Mummy
6 Perbandingan Film The Mummy Baru dan Lama