Kabar gembira bagi kamu pencinta film anime Ghost in the Shell. Pada bulan Maret tahun ini film Ghost in the Shell versi live-action garapan DreamWorks akan tayang di bioskop Indonesia pada akhir Maret 2017. Film anime Ghost in the Shell (1995) arahan sutradara Mamoru Oshii sempat menjadi perbincangan menarik pada era tahun 90-an sebagai salah satu film animasi yang menyuguhkan science-fiction dengan tampilan aksi yang seru.
Sudah enggak sabar nonton filmnya? Kita simak dulu yuk lima perbedaan film Ghost in the Shell versi anime dan live-action-nya berikut ini.
Scarlett Johansson sebagai pemeran utama
Fakta menarik yang paling kentara adalah Scarlett Johansson akhirnya didapuk menjadi pemeran utama yang berperan sebagai Major Motoko Kusanagi. Pemilihan ini jelas berbeda dengan versi anime-nya yang menempatkan karakter robot berparas wanita Jepang. Film remake versi Hollywood ini sebelumnya memilih aktris cantik Margot Robbie untuk peran krusial tersebut. Namun akhirnya jatuh pada Scarlett karena Margot lebih memilih bermain di Suicide Squad (2016). FYI, untuk perannya tersebut Scarlett ditawari kontrak senilai Rp 133 miliar. Wow!
Kontroversi whitewashing
Pada versi film remake Ghost in the Shell tahun ini terjadi kontroversi yang terkait dengan isu whitewashing karena pemilihan aktris Scarlett Johansson sebagai pemeran utamanya. Seperti diketahui whitewashing adalah fenomena aktor atau aktris kulit putih yang memainkan karakter di luar rasnya (Asia, Afrika, atau bahkan, suku Indian). Fenomena ini memang sudah lama terjadi di kancah perfilman Hollywood, seperti pada film Avatar: The Last Airbender (2010) dimana para karakter pentingnya diperankan oleh ras kulit putih. Film live-action Ghost in the Shell berbeda dari versi film anime pendahulunya yang lepas dari kontroversi tentang ras.
Nama Major Motoko Kusanagi diubah menjadi Major Mira Killian
Masih berkutat pada karakter utamanya, pada film versi live-action kali ini nama cyborg yang menjadi peran utamanya diubah menjadi Major Mira Killian. Keputusan untuk mengubah nama tersebut kemungkinan besar agar mendapatkan sambutan baik dari penonton internasional karena nama Motoko Kusanagi yang masih terdengar kental nama khas Jepang. Meskipun begitu, di dalam filmnya kita akan lebih sering hanya mendengar namanya dengan sebutan Major.
Pendekatan cerita yang tidak hanya bersetting di Jepang
Produser film live-action Ghost in the Shell, Steve Paul menyatakan kalau memang tujuan dibuatnya film ini adalah untuk pasar internasional sehingga setting ceritanya tidak hanya berfokus di Jepang. Film anime pendahulunya memusatkan cerita di Prefektur Niihama atau lebih sering disebut New Port City dimana karakter Major Motoko Kusanagi bekerja yaitu pada Section 9 yang bertugas mengatasi para hacker dan cyber criminal.
Adegan action yang lebih seru
Ghost in the Shell tahun ini dijamin hadir dengan cerita dan adegan laga yang lebih menantang. Scarlett Johansson dipercaya dapat menghidupkan karakter Major Motoko Kusanagi yang memiliki karakter dingin sekaligus pemberani. Scarlett akan memimpin pasukan elit, Section 9, yang berusaha menumpas penjahat berbahaya dari teknologi cyber. Keseruan Ghost in the Shell versi live-action ini dapat dilihat pada trailernya yang sudah resmi dirilis baru-baru ini.
Film live-action Ghost in the Shell akan bercerita tentang seorang cyborg wanita bernama Major Mira Killian yang akan melawan para kriminal kelas atas yang berusaha menghentikan teknologi artificial intelligence Hanka Robotics’. Film ini akan tayang akhir Maret 2017 di jaringan bioskop Indonesia. Jangan lewatkan keseruannya dan beli tiketnya di BookMyShow.
Penulis: Razny Mahardhika
Baca juga:
Selain Black Widow, Inilah 6 Peran Scarlett Johansson Paling Seksi
[…] 5 Perbedaan Film Ghost in the Shell Versi Anime dan Live Action […]
LikeLike