Review Film: Perjuangan Ian Kasela Mengubah Nasib dalam Film Musik untuk Cinta

Penantian panjang Musik untuk Cinta akhirnya segera berakhir. Setelah proses syuting yang sebenarnya sudah rampung pada tahun 2011. Rumah produksi Prima Binamedia Film akhirnya merilis film Musik untuk Cinta pada 9 Maret 2017 yang pada awalnya mengambil tanggal 12 Juli 2012. Film ini disutradarai oleh Enison Sinaro dan dibintangi oleh penyanyi grup band Radja, Ian Kasela, Arumi Bachsin, Soimah, Didi Petet, dan Ferry Ardiansyah.

Mengawali kisahnya dengan tokoh Cecep (Ian Kasela) yang mencoba mengubah nasib percintaan dan hidupnya yang serba pas-pasan di Desa Cilimus, Cirebon, Jawa Barat. Cecep memberanikan diri untuk datang ke Keraton Kacirebonan karena naksir dengan salah satu penari bernama Dewi (Arumi Bachsin). Layaknya kisah cinta zaman dahulu, Cecep harus menghadapi konflik batin karena Dewi merupakan keturunan Ningrat yang mulai dijodohkan orang tuanya dengan Azis (Ferry Ardiansyah) dan Aa Jimmy (Heriyanto).  

Nasib percintaan Cecep ternyata menemui titik terang ketika Dewi ternyata juga menaruh hati padanya berkat pertolongan tante Dewi, Meti (Soimah). Namun, lagi-lagi kisah cinta yang baru terbangun tersebut harus melewati jalan yang sulit karena Cecep yang terpaksa pergi meninggalkan Dewi demi mengadu nasib di Jakarta. Berbekal foto teman masa kecilnya, Cecep berusaha mencari temannya dan bekerja serabutan. Sampai pada akhirnya Cecep mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah studio rekaman berkat bantuan teman masa kecilnya, Abun (Philip Jusuf).

Tiap adegan dalam film Musik untuk Cinta disusun secara linear dengan diselipkan sedikit flashback, seperti masa kecil Cecep dan malam ketika Cecep meninggalkan topeng untuk Dewi karena harus merantau ke Jakarta. Tidak ada yang begitu spesial dari cerita yang dihadirkan, seperti pada umumnya film pemuda desa yang miskin memiliki motivasi menjadi orang yang sukses (karir maupun percintaan). Sesuai dengan judulnya, sepanjang film akan dihadirkan banyak lagu dari musisi Indonesia seperti “Musnah” dari Andra and the Backbone, “Munajat Cinta” ciptaan The Rock, dan tentu saja lagu “Jujur” milik Radja.

 

Komedi yang kering  

Persoalan rilis film yang sangat terlambat menjadi kekurangan film Musik untuk Cinta yang tidak berhasil menyuguhkan komedi sesuai dengan selera penonton tahun 2017. Mungkin sasaran yang dituju film ini tidak hanya anak muda, karena tidak akan begitu relevan. Film ini seakan kebingungan mencari fokus cerita yang dijalankan, sebentar drama, sebentar musik, sebentar komedi sehingga terasa komedi terpaksa diselipkan secara tiba-tiba. Sebagian besar lelucon sudah terlalu sering didengar, hanya kejenakaan Soimah yang mungkin dapat diacungi jempol.

Masalah berikutnya adalah pada musik yang menjadi poin penting dari filmnya. Tidak perlu berharap muluk-muluk film ini adalah film musikal, karena memang tidak ada musik asli yang dibuat untuk filmnya. Memang mungkin sang penulis cerita, Iman Taufik menuturkan bahwa ia memiliki tujuan mulia untuk mengapresiasi musisi Indonesia. Namun, sayangnya musik yang ditampilkan pun masih tanggung jika tujuannya untuk memberikan nyawa pada filmnya. Terlihat pada adegan grup band Radja yang tiba-tiba muncul, “manggung” di atas mobil di depan kantor DPRD Kota Cirebon sebagai bentuk perasaan rasa bersalah Cecep pada Dewi.

Musik untuk Cinta mungkin tidak luput dari banyak kekurangan pada tiap adegan filmnya, namun film ini tetap menghibur bagi yang rindu dengan akting aktor senior almarhum Didi Petet dan Krisno Bossa. Aktris cantik Arumi Bachsin juga akan membuat kita tersenyum balik ketika melihat senyumannya di tiap adegan romantis film ini.

Tayang 9 Maret 2017, beli tiket film Musik untuk Cinta di BookMyShow dan nonton filmnya di bioskop kesayangan Anda.  

 

Penulis: Razny Mahardhika

 

Baca juga:

Daftar Film Indonesia Tayang Maret 2017