Review Film: The Great Wall, Cerita Biasa Dengan Koreo Pertarungan Khas Hollywood

Sutradara Yimao Zhang bisa dibilang belum mampu membawa yang terbaik bagi filmnya ini. Film The Great Wall memiliki cerita yang biasa saja dan kualitas CGI yang tidak konsisten. Namun dengan setting dan adegan pertarungan yang luar biasa, film The Great Wall tidak bisa diremehkan begitu saja.

Film ini berlatar belakang zaman Dinasti Song, beberapa kilometer dari Tembok Besar Cina. William, Tovar, dan orang-orang dari kelompok tentara bayaran Eropa yang sedang mencari ‘bubuk hitam’, sedang dikejar oleh Bandit Khitan. Ketika sedang kabur, mereka diserang oleh monster yang menghabisi dua teman mereka. Untungnya William dan Tover berhasil mengalahkan monster itu dan meninggalkan jejak tangan.

Keesokan harinya mereka bertemu di Tembok Besar  dan ditangkap  oleh tentara Cina, yang dipimpin oleh Jenderal Shao, Jenderal Lin, dan ahli strategi Wang. Tentara Cina sedang bersiap untuk menahan invasi monster yang terjadi setiap 60 tahun sekali. Namun, bukti yang William bawa menunjukkan bahwa monster tersebut sudah dekat. Tiba-tiba Tembok Besar Cina diserang oleh sekelompok monster yang bernama Tao Tei. Para tentara Cina bertahan menggunakan ketapel raksasa dan ballista. Di tengah hiruk pikuk tersebut, WIllam dan Tovar Bertemu dengan Sir Ballard, yang merupakan tahanan tentara Cina sejak 25 tahun yang lalu. Sir Ballard menawarkan persediaan bubuk hitam dan kabur dari tentara Cina, namun William merasa dia perlu membantu tentara china menghadapi Tao Tei.

Cerita film The Great Wall nampak seperti kekurangan kreativitas, karena mereka menggunakan cerita yang sering dijumpai, seperti di Attack on Titan dan Game of Thrones. Tidak adanya penambahan konten membuat film ini datar dan mudah ditebak. Narasi film ini tidak tampak seperti sebuah film, namun lebih mirip ke narasi video game. Beberapa scene dalam film ini terasa seperti video game karena tidak adanya karakter utama. Pertarungan seperti berat sebelah dan baru bisa dimenangkan ketika karakter utama datang. Ditambah dengan karakter utama yang seperti tidak bisa mati, membuat film The Great Wall nampak seperti video game. Script dalam film ini terasa terlalu komikal dan tidak senada dengan suasana yang disajikan di film ini.

Special effect yang dipamerkan dalam film ini tidak konsisten. Secara keseluruhan memang bagus, tapi beberapa scene membuat kamu gregetan karena kualitasnya turun. Secara keseluruhan, CGI yang ditampilkan bagus, seperti setting Tembok Besar Cina ketika Dinasti Song, suasana yang mencekam, dan desain monster yang bagus.

Koreografi pertarungan sangat bagus, tetapi lebih terasa Hollywood daripada film kungfu Cina. Film berlatar belakang Cina tentu berharap koreo khas Negeri Tirai Bambu, kan. Beberapa efek slow-motion di film ini membuat pertarungan lebih intens dan menegangkan. Akting dalam film ini tidaklah spesial. William Dafoe terlihat datar dan tidak menarik di film ini. Namun, chemistry yang terjadi antara Jing Tian dan Matt Damon dapat membuatmu ingin mereka bersama.

Secara keseluruhan, dengan segala kekurangan di atas, film ini masih bisa menghiburmu pada awal tahun ini. Beberapa dialog yang komikal dapat membuatmu tertawa terpingkal-pingkal dan aksi beladiri memukau dari fjlm The Great Wall dapat keadaan jadi tegang. Jika kamu suka dengan Attack on Titan, The Great Wall merupakan salah satu alternatif film untuk ditonton di akhir pekan.

Simak trailer The Great Wall berikut ini:

Penulis: Dimas Haryono-Notowidjojo

Leave a comment