Joey Alexander, Usia Belia Dengan Prestasi Luar Biasa

Ketika mendengar nama Joey Alexander, mungkin yang terbesit dalam benak adalah kekaguman yang luar biasa. Bagaimana tidak kagum, Joey “anak ajaib” yang berusia 12 tahun ini sangat mahir bermain piano melantunkan musik jazz yang meneduhkan hati.

Joey Alexander mulai bermain piano sejak usia 6 tahun dan ia memilih lagu-lagu Thelonious Monk, salah seorang musisi jazz terbaik sepanjang masa. Ia hanya sempat diajari beberapa dasar-dasar piano oleh ayahnya yang bermain piano secara amatir. Selebihnya, ia belajar sendiri dengan mendengarkan album koleksi ayahnya dan menonton video-video di YouTube.

Joey Alexander, pianis Indonesia yang menjadi nomine Grammy Awards
Joey Alexander, pianis Indonesia yang menjadi nomine Grammy Awards

Joey Alexander mengaku jatuh cinta kepada piano karena sering melihat sang ayah bermain piano. Joey merasa bahwa ia harus mencoba instrumen yang dimainkan ayahnya sampai akhirnya benar-benar jatuh cinta kepada piano.

Anak lelaki kelahiran Denpasar ini pertama kali memainkan piano kepada publik di sebuah bar lokal di Bali saat berusia 6 tahun. Penampilan keduanya ia lakukan di Jakarta pada usia 8 tahun.

Jazz tak jarang dikenal sebagai musik yang sulit untuk dimainkan bahkan untuk dinikmati sekali pun. Joey Alexander menyadari hal itu, tetapi ia bertekad untuk tetap bekerja keras dalam melantunkan nada-nada jazz yang keluar dari pianonya. Hal terpenting bagi Joey adalah berusaha untuk tetap senang dalam memainkannya.

Usia belia dan kemahirannya dalam memainkan piano membuat Joey Alexander menjadi sensasi jazz setelah ia “ditemukan” oleh seorang pemain terompet jazz legendaris Wynton Marsalis yang menemukannya lewat video yang diupload ke YouTube. Lalu, Wynton mengundang Joey untuk tampil di Lincoln Center’s 2014 gala yang makin membuat namanya dikenal.

Hal itu pula yang menuntun Joey Alexander untuk membuat dan meluncurkan album pertamanya di usia 12 tahun yang berjudul My Favorite Things di bawah naungan Motéma Music pada Mei 2015. Album tersebut diproduseri oleh seorang produser pemenang Grammy, Jason Olaine. Di dalam album tersebut, Joey Alexander ditemani pemain bass Larry Grenadier (Stan Getz, Brad Mehldau, Pat Metheny), dan pemain drum pemenang 2 Grammy, Ulysses Owens Jr. (Kurt Elling, Wynton Marsalis, Christian McBride), juga 3 pemain muda berbakat: Russell Hall pada bass, Sammy Miller pada drum, dan Alphonso Horne pada terompet.

Tak henti-hentinya Joey Alexander membuat kagum masyarakat Indonesia, khususnya pecinta jazz. Setelah meluncurkan albumnya My Favorite Things, Joey Alexander mendapatkan 2 nominasi di ajang penghargaan musik bergengsi di Amerika, Grammy Awards, dalam kategori: Best Instrumental Jazz Album dan Best Improvised Jazz Solo. Hal itu membuat Joey Alexander menjadi nomine termuda di ajang Grammy Awards ke-58.

Belum berhenti sampai situ perjalanan Joey Alexander untuk mengharumkan nama Indonesia, pemilik rambut bergelombang itu juga diberi kesempatan untuk tampil di hadapan ribuan pasang telinga di Staples Center, Los Angeles, Amerika Serikat. Joey memainkan lagu ciptaannya sendiri berjudul City of Light, yang merupakan salah satu lagu yang sudah mengantre di daftar tunggu untuk album keduanya yang belum diketahui judulnya. Meski pun tidak memenangkan dua kategori yang dinominasikan untuknya, Joey mendapatkan standing ovation dari para hadirin di Staples Center di akhir penampilannya.

Menakjubkan memang melihat anak bangsa mengharumkan nama Indonesia ke berbagai belahan dunia. Terima kasih, Joey Alexander! Teruslah berkarya!

Tonton penampilan Joey Alexander di Grammy Awards di sini

Baca juga:
Daftar Pemenang Grammy Awards ke-58
Penampilan Para Musisi di Atas Panggung Grammy Awards ke-58

Leave a comment