Review Film: Yowis Ben 2, Paduan Drama dan Humor Sengit yang Berwarna

Bayu, Doni, Nando dan Yayan masih menuai sukses bersama band mereka. Yowis Ben laris manis manggung. Namun, dibalik kesuksesan tersebut, Yowis Band ternyata punya banyak masalah.

Bukan masalah personil bandnya yang berbeda visi dalam menggarap lagu-lagu hits, namun pada masalah pribadi mereka masing-masing.

Sang vokalis, Bayu punya kesulitan ekonomi dan tidak ingin membiarkan ibunya menanggung semuanya itu.

Tak hanya Bayu, Nando yang kalem pun ternyata punya banyak masalah yang dipendamnya. Doni masih mengeluh tentang status jomblonya dan tentu saja Yayan yang punya kehidupan lain, yaitu rencana jodoh dan pernikahannya yang serba rumit.

Film Yowis Ben 2 tetap hadir dengan komedi khasnya. Salah satunya penggunaan bahasa Jawa yang sangat kental dengan dialog-dialognya. Pun, ketika para pemeran Yowis Ben 2 berbahasa Indonesia dengan dialog-dialognya akan terdengar lucu karena medhok banget.

Tak hanya komedi, film kedua dari Yowis Ben ini pun lebih banyak memainkan drama dalam cerita-ceritanya. Sederhananya, drama ini sering ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari.

Drama dengan Humor Sengit

Masih mengandalkan duet Bayu Skak dan Fajar Nugros untuk mengarahkan filmnya, Yowis Ben 2 berusaha untuk membuat karakter masing-masing pemerannya lebih kuat.

Semuanya dijamin dengan konflik yang yang kerap terjadi pada masing-masing orang dan tentu saja akan dijumpai dalam karakter utama di film ini. Contohnya saja, konflik cinta yang mengalir pada personil dari Yowis Band itu sendiri.

Bayu yang di akhir cerita film pertamanya berpisah dengan wanita yang ia cinta, Yayan yang harus menghadapi proses Taaruf, hingga ayah Nando yang ingin menikah lagi jadi sekelumit drama yang menggusarkan di dalam filmnya.

Untuk yang satu ini film Yowis Ben jadi punya warnanya sendiri. Konflik demi konflik ini diramu dengan baik. Sayang, ada kesan terburu-buru ketika konflik individu ini kemudian menular dalam sisi komedi yang diceritakan di dalam filmnya.

Dialog-dialog bahasa Jawa tentu saja tetap membuat penonton akan tertawa, apalagi ekspresi mengucapkan dialog-dialog ini terjaga dengan konsisten di masing-masing pemerannya. Apalagi, becandaan khas Jawa, khususnya Malang akan terasa sangat sengit jika disaksikan sekaligus di dengarkan.

Sayang beberapa kelucuan jadi terasa canggung karena disampaikan dengan terburu-buru.

Tidak sebaik di film pertamanya, namun Yowis Ben 2 pun tidak bisa dibilang film dengan tampilan komedi yang garing. Nilai positifnya, sisipan dan candaan sengit tetap menjadi ciri khas dari film ini.

Suasana Sunda

review-film-yowis-ben-2-drama-dan-humor-sengit-yang-berwarna

Tak hanya suasana dramanya saja yang membuat film ini terasa benar-benar baru. Ada budaya baru yang coba ditampilkan di dalam film ini.

Budaya Malang yang begitu kental di film pertama dan sepertiga filmnya, ditambahkan dengan budaya Sunda. Penyebabnya tentu saja adalah kehadiran Anya Geraldine yang berperan sebagai Asih yang diceritakan berasal dari budaya Sunda.

Sebuah warna yang menarik dan membuat penonton merasakan perpaduan dua budaya yang dikemas di dalam sebuah visualisasi layar lebar.

Jadi, kolaborasi cerita dengan latar Bandung dan Malang menjadikan film ini menjadi seru dengan drama-drama dan konfliknya. Apalagi penonton akan tetap dibuat tertawa dengan suguhan dua budaya ini di dalam filmnya.

Sisanya, kehadiran pemeran pembantu seperti Anggika Borsteli, Laura Theux hingga Timo Scheunemann benar-benar mengajak penonton bergembira dengan sajian ceritanya. Penasaran dengan cerita film Yowis Ben 2?

Tayang mulai tanggal 14 April 2019, kamu bisa pesan tiketnya di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis untuk pengguna Android dan iOS.

review-film-yowis-ben-2-drama-dan-humor-sengit-yang-berwarna