Era BumiLangit Universe sudah dimulai. Dibuka dengan superhero bernama Gundala, dan tanpa basa-basi, berikut review film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot.
Masa lalu Sancaka memang menyakitkan. Sudah sedari kecil, ia merasakan kehilangan, dikhianati dan ditinggalkan. Kesepian, dan mengais kehidupan-kehidupan bertemu dengan hal-hal yang mengerikan adalah bagian dari masa kecilnya.
Pertemuannya dengan Awang hanya mengubah satu hal dari dirinya, yaitu bagaimana caranya bertahan hidup. Kemampuan beladiri yang didapatnya memang digunakan untuk mempertahankan dirinya di tengah kerasnya kota . Hal yang terus terjadi hingga Sancaka beranjak dewasa (Abimana).
Hanya ada satu hal yang ia lakukan. Bekerja dan tentu saja tidak usah ikut campur dengan urusan orang lain. Namun, kehadiran Sedhah (Tara Basro) mengubah semuanya. Pertemuannya dengan Sedhah membuka jalan baru bagi kehidupan Sancaka.
Jalan yang selama ini tidak ingin dilaluinya. Hanya membangkitkan apa yang tersimpan di dalam dirinya. Kemampuan bela diri sudah dimiliki Sancaka, lalu bagaimana ia mendapatkan kekuatannya? Siapa Pengkor? Sosok yang disebut sebagai lawan tangguh Gundala? Siapa para Patriot?
Sebuah seri pembuka yang memang belum sempurna. Namun, apa yang disajikan melalui film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot adalah sebuah pembuka yang apik. Mungkin bukan dari CGI, namun kekuatan cerita yag ditawarkan untuk film-film BumiLangit berikutnya.
Scoring dan Set Desain
Apa yang menarik dari film superhero? Action? Film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot punya kekuatan lain. Film menyalurkan emosi penonton melalui scoring yang menggigit. Hampir semua scene dari film ini mengirimkan energinya melalui scoring.
Joko Anwar tahu betul bagaimana menyajikan film dengan tidak hanya mejual action. Berkali-kali Joko Anwar, ia ingin menyampaikan film ini melalui kekuatan cerita. Alur cerita Gundala tersalurkan dengan baik. Saran kami, jika memang ingin melihat sebuah film superhero dari sisi yang berbeda, datanglah pada jam penayangan yang sepi. Dari sana kamu akan merasakan emosi dan cerita filmnya melalui sebuah scoring.
Melihat film berarti menonton. Film ini punya set desain dengan sinematografi yang sangat baik. Era masa lalu dan masa kini dimainkan dengan baik. Perpaduan antara sinematografi dan set desain dari film ini sangat sempurna dan memanjakan mata, khusus di awal-awal film. Mulai dari pelabuhan, percetakan, pasar, rumah susun, semuanya dikemas dengan komplit.
Scoring dan sinematografi sudah dimulai dengan sangat baik sedari awal film. Sisanya, kamu akan menikmati sebuah film yang punya kelasnya sendiri.
Action Apik
Akhir-akhir ini, film action dari Indonesia memang semakin menunjukkan kualitasnya. Begitu juga dengan Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot. Sebagai sebuah film superhero, menempatkan adegan action adalah hal yang sangat penting. Sedari awal, perkenalan Sancaka kecil dan Awang remaja sudaa menampilkan bagaimana adegan action yang baik.
Perkelahian antara karakter, semuanya disajikan nyaris sempurna. BookMyShow tidak bisa membocorkan pertarungan antar siapa saja yang terjadi di film ini. Kamu yang temukan jawabannya sendiri. Terlalu banyak karakter-karakter yang terlibat dalam pertarungan di film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot. Beberapa diantaranya adalah nama besar
Untuk CGI rasanya cukup. Beberapa hal memang terlihat janggal, namun ketika film ini lebih menempatkan cerita sebagai kekuatannya ketimbang CGI, maka efek-efek sebuah film superhero adalah hal-hal yang sebenarnya bisa dilewatkan. Untuk film-film BumiLangit berikutnya mengedepankan action atau adegan-adegan laganya, ketimbang penggunaan CGI menurut BookMyShow jauh lebih keren dan mengigit.
Sedikit saja boleh ya. Kelly Tandiono, Hannah Al Rashid, Asmara Abigail, dan Rio Dewanto tampil sangat meyakinkan dengan action yang mereka mainkan.
Karakter dan Cerita
Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, Joko Anwar lebih ingin menampilkan kualitas cerita dan karakter. Hal ini terasa betul dari film Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot. Sedari awal dimulai penonton, sudah digiring dalam konflik-konflik perbedaan, kemanusiaan, sosial, cinta, dan politik.
Hal-hal sederhana yang kerap terjadi di sekitar menjadi poin-poin penting di dalam cerita film ini. Gundala dibuat sesuai dengan hal-hal relevan seperti sekarang. Hal ini ditepati Joko Anwar. Bagaimana Gundala kemudian dihadapkan pada kondisi sosial masyarakat yang mengerikan.
Sekelompok penjilat di ruang parlemen adalah salah satunya. Sisanya, tenang saja, film ini masih menawarkan cerita-cerita yang sekiranya masih dbisa diterima oleh penonton, bahkan yang selama ini belum sama sekali familiar dengan nama Gundala. Ditambah dengan jokes-jokes receh, yang kerap dilontarkan dalam kehidupan sehari-hari.
Meskipun punya poin penting dalam cerita, karakter film ini masih belum terkupas secara keseluruhan. Emosi justru dirasakan pada Sancaka dan Awang yang masih kecil. Sancaka dewasa yang diperankan Abimana Aryasatya? Abimana menurut kami perlu menggali lagi karakter ini.
Pengkor. Ia memang menarik. BookMyShow sudah menggali sedikit tentang karakter lawan Gundala ini. Pengkor di dalam film ini dimainkan dengan baik oleh Bront Palarae. Mastermind segala kekacauan. Sayang, sedikit lagi saja, sedikit lagi saja.
Jika seandainya ruang dan mungkin durasi film lebih panjang, duel antara Gundala dan Pengkor jauh lebih seru. Beberapa plot pun jadi tak terbengkalai dan lebih jelas, sehingga ruang dari alur cerita ini dapat disajikan dengan sangat baik.
Ruang karakter ini tidak hanya milik Gundala dan Pengkor. Masih ada Sedhah yang dimainkan dengna masih ‘malu-malu’ oleh Tara Basro. Mungkin, mungkin saja, Joko Anwar masih menyimpan banyak hal-hal yang akan mengejutkan dari film-film BumiLangit Universe berikutnya.
Masih ada juga Ghazul yang diperankan oleh Ario Bayu dengan apik. Licik dan cerdas. Tak kalah ngehe dari Pengkor. Sisanya, kamu yang menonton sendiri film ini.
Cameo dan Post Credit Scene
Selayaknya sebuah film-film yang terhubung dengan satu cerita antara yang satu dengan yang lainnya, Gundala: Negeri Ini Butuh Patriot punya beberapa cameo dan post-credit scene. Mohon maaf kami belum bisa menyebutkan siapa saja, dan ada berapa credit-scene di film ini. Satu hal yang pasti, film ini benar-benar memuasakan secara keseluruhan. Rating 8 rasanya pas untuk film ini. Sisanya, biarkan Joko Anwar mengalirkan cerita dan mengemas identitas dari film Gundala.
Tayang, mulai hari kamis 29 Agustus 2019, kamu bisa cek jadwal bioskop dan beli tiket nonton filmnya di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS. Jangan lupa pula tulis review film Gundala di BookMyShow.