Review Film: Earthquake Bird, Misteri Cinta Segitiga yang Rumit di Tokyo

Tokyo memang selalu menjadi tempat favorit. Entah apa namanya, namun para pelancong selalu mengincar Ibukota Jepang ini. Termasuk Lucy Fly (Alicia Vikander), seorang penerjemah yang sedang mengerjakan alih bahasa untuk sebuah film berjudul Black Rain. Sebuah awal cerita yang menarik. Mengira kisah drama, namun siapa sangkat ini sebuah kisah yang rumit. Berikut ulasan atau review film Earthquake Bird.

Sebagai sosok yang tak banyak bicara dan pendiam, Lucy Fly, ternyata punya teman dekat di Tokyo. Kota yang masih terasa baru baginya. Meskipun merasa baru, namun pertemuannya dengan seorang fotografer bernama Teiji (Naoki Kobayashi) pelan-pelan mengubah kehidupannya.

Lucy yang canggung, dan Teiji yang apa adanya. Mulanya hanya saling menatap, namun keduanya tahu, masing-masing dari mereka menyimpan perasaan. Namun, semuanya berganti menjadi suram ketika, Lily (Riley Keough), teman dekat Lucy Fly menghilang.

Penyelidikan yang berlangsung membuat kehilangan Lily mengarah ke Lucy. Atas dasar yang masih dipertanyakan. Lucy kemudian harus mencoba mencari jawabannya sendiri. Mengajak penonton untuk memecahkan misteri, siapa Lucy sebenarnya? Apakah ia bener-benar bekerja sebagai seorang penerjemah? Satu lagi, kenapa Jepang?

Misteri yang Rumit

review-film-earthquake-bird-misteri-cinta-segitiga-yang-rumit-di-tokyo
Sumber: Netflix

Film produksi Netflix ini memiliki genre drama, crime dan misteri. Benar saja, film Earthquake Bird menggabungkan semua unsur yang ada sebagai sebuah film misteri. Diawali dengan kisah melodrama romantis yag emosional. Sebuah konsep pergantian budaya yang bahkan tidak menunjukkan wujud aslinya.Hingga memecahkan misteri yang sulit.

Namun, tetap saja, film yang diadaptasi dari novel berjudul “The Earthquake Bird” dari penulis Susanna Jones tidak berjalan mulus sepenuhnya. Konsep utama film tentang misteri pembunuhan yang harus dipecahkan, namun meninggalkan banyak lubang pada plot  ceritanya. Sebuah film yang sebenarnya dapat dimengerti oleh penggemar film yang terbiasa ‘mikir’. Namun, belum tentu diterima bagi yang benar-benar suka dengan sebuah film yang siifatnya ‘hiburan’. Ditambah lagi, film ini punya alur yang tidak fokus. Sebuah misteri yang benar-benar sulit untuk dipecahkan.

Secara keseluruhan film ini menghadirkan komposisi acak yang membuat penonton menyimpan misterinya. Terlepas dari beberapa catatan ini, Earthquake Bird punya beberapa poin menarik yang tersimpan di dalam ceritanya.

Alicia Vikander sebenarnya tampil apik memainkan peran sorang wanita yang canggung, dingin sekaligus menyimpan rasa frustasinya. Ia menganggap dirinya sebagai bagian dari nasib buruk manusia. Berharap tak pernah dilahirkan dan ditiupkan ruh. Berikutnya, Alicia Vikander pun terlihat fasih berbahasa Jepang, sesuai dengan apa yang menjadi objek pekerjaannya, seorang penerjemah.

Meskipun terkesan kacau dan sebuah misteri yang suram, film ini sebenarnya poin pengembangan dimana satu karakter manusia yang dilihat dari sisi mentalnya. Mengeksplorasi bagaimana seseorang yang frustasi dan tersesat dalam jalan hidup yang dilakoninya.

Hanya saja, hal itu masih diganjal bagaimana pengembangan karakter Lucy yang lama-lama akan membuat penonton merasa bosan. Lagi-lagi, penonton akan terjebak dan bertanya-tanya, “siapakah Lucy ini?”

Tokyo dan Memorinya

review-film-earthquake-bird-misteri-cinta-segitiga-yang-rumit-di-tokyo
Sumber: Netflix

Jepang tak bisa dilepaskan dari bagian kebudayaan dunia. Ada banyak kisah yang tersurat melalui visual layar lebar. Scarlett Johansson pernah menampilkannya dengan apik lewat film Lost in Translation. Seseorang yang masih mencari tahu tentang jati dirinya sendiri, tentang hidup dan cinta.

Secara visual film Earthquake Bird pun seperti mengirimkan pesan yang sama. Mengambil latar kota Tokyo pada akhir tahun ’80-an. Sebuah penggambaran klasik Jepang benar-benar memanjakan mata, dibalik suramnya karakter yang diperankan oleh Alicia Vikander.

Penggunaan dua bahasa yang menarik, yaitu Inggris dan Jepang juga memperlancar beberapa bagian dari film ini. Sebuah kombinasi yang menarik dan mungkin sedikit mengirimkan kembali beberapa momen menyenangkan di Tokyo.