Review Film: Aruna dan Lidahnya, Cinta, Rasa dan Tawa yang Gurih

Bono sedang ingin mencari tantangan baru dalam masakannya. Beruntung, ia punya teman baik bernama Aruna (Dian Sastro) yang selalu riwil dengan makanan. Lidahnya seperti tidak selalu nyaman mencicipi semua makanan. Seperti ada yang tertahan di bibir Aruna, apalagi ia masih penasaran dengan menu nasi goreng idamannya.

Sampai pada suatu hari, Aruna dan Bono sepakat untuk melakukan perjalanan berdua. Mencoba melepas rasa yang tertahan di bibirnya. Sebagai teman dekat, Bono bahkan rela cuti dari pekerjaanya sebagai Chef berbakat dan mengikuti perjalanan Aruna yang sebenarnya sedang bertugas untuk menyelidiki isu wabah.

Namun, tanpa disangka kedatangan Nadezhda (Hannah Al Rashid), sosok kamus kuliner berjalan dan Farish (Oka Antara) rekan kerja Aruna di masa lalu mengubah cerita perjalanan kuliner yang sedianya dilakukan hanya oleh Aruna dan Bono. Pertemuan keempat orang ini menghasilkan cerita-cerita yang selama ini terpendam.

Bono yang sedang mencari inspirasi untuk resep terbarunya, Nad yang sedang melakukan persiapan untuk menerbitkan buku keduanya.Tidak ketinggalan, Farish yang sangat serius untuk mencari tahu tentang korban flu burung.

Perjalanan yang ikut melepaskan rasa di lidah Aruna. Membuat Bono menjadi lebih berani, Farish yang tidak lagi penakut, dan Nad yang akhirnya percaya pada sebuah ketulusan.

Surabaya, Pamekasan (Madura), Pontianak dan Singkawang di Kalimantan Timur adalah tempat keempat orang ini melakukan perjalanan, mencari nikmat dan satu hal yang belum terungkap.

Sebuah drama yang tidak romantis, namun diramu dengan cerdas dan bisa bikin kamu tersenyum-senyum sendiri melihat penampilan para pemerannya. Salah satu film Indonesia yang wajib kamu saksikan di bioskop.

Film Komplit

review-film-aruna-dan-lidahnya-cinta-rasa-dan-tawa-yang-gurih
Sumber: Palari Films

Cerita film Aruna dan Lidahnya memang diadaptasi dari buku Laksmi Pamuntjak dengan judul yang sama. Namun, cara Edwin sebagai sutradara dalam meramunya menjadi sebuah film sangat baik.

Jika dilihat dari bukunya, cerita Aruna dan Lidahnya menggambarkan sebuah perjalanan kuliner yang menggugah rasa lapar pada pembacanya. Namun, di dalam filmnya, cerita ini menggambarkan potongan-potongan dari kehidupan sehari-hari secara sederhana dan menggelitik.

Semuanya bisa kamu saksikan melalui dua karakter utama yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya, yaitu Dian Sastro dan Nicholas Saputra. Namun, Oka Antara dan Hannah Al Rashid pun mampu mengimbangi peran yang dimainkan oleh Dian dan Nicholas.

Adu akting empat pemeran utama di film Aruna dan Lidahnya menawarkan paket komplit yang menarik untuk diikuti. Bukan cuma drama, kisah Aruna dan Lidahnya menawarkan paket komedi yang menggelitik dan bisa dipastikan akan membuat kamu yang menonton filmnya tertawa lepas mendengarkan dialog-dialog yang terjadi di antara para pemerannya.

Misalnya saja, ketika Dian Sastro bermonolog layaknya seorang pengamat kuliner. Hannah Al Rashid yang spontan, Nicholas Saputra yang “ceplas-ceplos” plus jayus hingga Oka Antara yang serius, namun menggemaskan.

Sebuah drama tidak akan lepas dari kisah cinta yang sebenarnya klise, namun karena dibuat dengan naskah yang tepat dan dimainkan dengan pemeran-pemeran yang tepat, menjadikan Aruna dan Lidahnya terasa istimewa.

Belum cukup sampai di situ, film ini memang benar-benar mengajak kamu untuk berwisata kuliner. Kurang lebih 20 masakan dari Surabaya, Pamekasan, Pontianak dan Singkawang hadir melalui penyajian yang baik. Mulai dari bahan-bahan masakan, cara membuat masakan hingga hidangan yang disajikan.

Film ini adalah tentang cinta yang dipendam, rasa yang harus diungkap dan menertawakan diri sendiri.

Musik dan Warna

Aruna dan Lidahnya juga menawarkan satu paket yang bagus untuk filmnya. Beberapa lagu yang dinyanyikan oleh Monita Tahalea atau suara  dari January Christy  dengan lagu berjudul “Aku Ini Punya Siapa” menghidupkan suasana dan cerita film.

Warna-warna yang dihadirkan film ini juga cukup menarik. Kostum Aruna yang hadir dengan warna-warna “meriah” mengisyaratkan gaya pop kekinian. Tidak hanya Aruna, gaya formal dari Farish mengisyaratkan ketegasan yang serius. Masih ada lagi, gaya santai Bono dengan kostumnya menjadi pertanda bahwa kehidupan harus dinikmati apa pun hasilnya.

Kehadiran musik dan warna yang mempertegas bahwa Aruna dan Lidahnya merupakan film drama yang sederhana dan punya rasa. Tidak percaya? Coba dengarkan salah satu lagu yang menjadi soundtrack dari film Aruna dan Lidahnya yang dibawakan oleh Monita Tahalea berikut ini:

Jadwal Bioskop Aruna dan Lidahnya

Cerita tentang perjalanan Dian Sastrowardoyo dalam Aruna dan Lidahnya mulai tayang di bioskop pada hari kamis, 27 September 2018.  Ingin melihat langsung keseruan empat orang yang sedang melakukan perjalanan, sembari mencicipi berbagai macam aneka hidangan yang lezat? Kamu sudah bisa pesan tiket bioskopnya di situs dan aplikasi BookMyShow yang tersedia bagi pengguna Android dan iOS.

review-film-aruna-dan-lidahnya-cinta-rasa-dan-tawa-yang-menggembirakan

2 thoughts on “Review Film: Aruna dan Lidahnya, Cinta, Rasa dan Tawa yang Gurih

Comments are closed.