Review Film: Ad Astra, Cerita Kegundahan Astronot Plus Visual “Kurang Ajar”

Cukup lama rasanya tak menyaksikan film tentang penjelajahan misi luar angkasa yang menarik. Tanggal 20 September 2019 ini tepatnya, satu film tentang penjelajahan luar angkasa sudah tayang di bioskop. Lalu bagaimana ulasannya? Berikut review Ad Astra, film terbaru yang diperankan Brad Pitt sebagai seorang astronot yang menyelesaikan sebuah misteri dalam kesendirian.

Sebagai pengantar, kalimat Ad Astra merupakan sambungan kalimat “Ad astra per aspera” adalah sebuah rangkaian kalimat dalam bahasa Latin yang berarti “Menuju bintang melalui jerih payah.”  Jadi, sudah terbayang bagaimana ‘bintang’ yang dimaksud? Jika belum ikuti ulasan singkat dan gambaran film ini secara keseluruhan.

“The Surge” begitu makhluk bumi menyebut loncatan kosmik yang menghantam langit. Hanya saja hantaman kosmik ini tak merusak bumi, namun berada dalam satu tata surya planet yang sama seperti bumi. Roy McBride (Brad Pitt) menjadi korbannya.

Sedang bertugas di sekitar ‘telinga Tuhan” Roy dihantam gelombang kosmik. Untung, ia selamat. Salah satu pejelajah luar angkasa terbaik di Spaceomm. Sebuah organisasi yang mengurus masalah luar angkasa. Cerita punya cerita, Roy McBride, terpilih untuk ‘menyelesaikan’ masalah ini.

Roy dipaksa menyebrang ke bulan dan kemudian terbang ke Mars. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi di Mars? Apa yang menarik dari “The Surge”? Apakah benar, “The Surge” adalah kejadian alam? Atau, “The Surge” merupakan campur tangan dari manusia?

Mengingat, Roy sebenarnya harus dihadapkan pada jejak sang Ayah, Cliffor McBride. Seorang ilmuwan yang kemudian menghilang dari Saturnus untuk menyelesaikan “Project Lima.” Apa hubungan Roy, “Project Lima” dan “The Surge” dan tentu saja Ayahnya (Tommy Lee Jones)?

Ad Astra adalah salah satu film misi penjelajahan luar angkasa yang menarik untuk diikuti. Seperti yang sudah BookMyShow sebutkan sebelumnya, film ini mendapatkan pujian saat ditampilkan di ajang Venice Film Vestifal beberapa waktu yang lalu.

Visual “Kurang Ajar”

review-film-ad-astra-kegundahan-astronot-plus-visual-kurang-ajar

Sama seperti halnya film-film luar angkasa, kamu akan dipertontonkan visual menarik. Mengawang-ngawang di luar angkasa. Ad Astra? Lebih dari itu. Visual di film ini bisa dikatakan “kurang ajar”. Pergerakan kamera yang segar dan berbeda dibandingkan film-film luar angkasa begitu berani dimainkan. Khususnya begitu terasa di bagian pertempuran di bulan.

Sisanya, gerakan-gerakan senyap di luar angkasa juga sangat terlihat cantik. Visual luar angkasa yang biasanya gelap dan kemudian putih karena interior dan kostum astronot tetap saja ada. Namun, visual-visual pergerakan kamera yang akhirnya membuat film ini menjadi sangat menarik.

Tak hanya itu, visual berbentuk siluet, hingga warna-warna merah yang menampilkan ruang bawah tanah planet Mars juga dikemas menarik. Kurang ajar memang, karena belum ada film penjelajahan misi luar angkasa yang menawarkan visual seperti ini. Salut untuk semua yang terlibat di dalam film ini.

Pelan Namun Menyentak

Mengemas sebuah cerita film tentang penjelajahan luar angkasa memang tidak bisa terburu-buru. Gravity atau Interstellar sudah membuktikannya. Potongan cerita harus dikemas dengan sangat menarik. Jika terburu-buru, hancur sudah ceritanya.

Ad Astra mengisahkan konsep bumi dan semesta di masa depan. Artinya ada batu loncatan ilmu pengetahuan dimana, manusia sudah bisa ‘hidup’ di bulan. Jadi, jangan terkejut ketika tiba-tiba ada perompak yang tiba-tiba bisa tinggal di bulan dan menganggu para astronot. Plus, tak ada nama NASA di sini.

Film Ad Astra memainkan permainan yang sama. Pelan, namun film ini ditampilkan dengan gaya yang kemudian tiba-tiba menyentak. Penonton mungkin tidak akan menyangka jika di film ini, manusia sudah berevolusi dengan mampu tinggal di bulan, hingga Mars.

Nah, kaitan ini yang kemudian menghadirkan kejutan-kejutan tak terduga. Pertempuran di bulan, misi menyelamatkan satu pesawat luar angkasa yang terapung dan atau mencoba meraih satu pesawat terakhir yang akan diterbangkan ke Neptunus sudah menjadi bagian yang menegangkan tersebut.

Emosi penonton dibawa naik-turun mengikuti pola ceritanya. Kegelisahan Roy McBride yang kemudian terdiam dan dihajar dengan misteri-misteri yang belum terpecahkan, hingga kejutan-kejutan yang akan disajikan menjelang akhir film.

Kesendirian Brad Pitt

Film ini menempatkan Brad Pitt sebagai tokoh tunggal dalam cerita. Jadi, apa pun cerita di film ini akan selalu disajikan dari sudut pandang seorang Brad Pitt yang memerankan karakter Roy McBride. Berpura semua hal terjadi baik-baik saja adalah hal pertama yang dimainkan oleh Brad Pitt untuk menyembunyikan kegelisahannya.

Sedari awal, sejak ditinggalkan sang Ayah dian disebut menghilang misterius, Roy McBride sudah gelisah. Perjalanannya sebagai seorang astronot pun tidak bisa dilepaskan dari kegelisahan. Roy McBride bahkan terkejut ketika mengetahui sang Ayah dikabarkan masih hidup dan berada di langit sekitar Neptunus.

Kegelisahan ini berhasil dimainkan dengan Brad Pitt. Ia seperti berjuang sendirian melawan berbagai permasalahan yang harus ia hadapi. Termasuk pengkhianatan dan berbagai twist yang membuka mata hatinya. Brad Pitt memang sudah tidak diragukan lagi.

Ia berhasil memainkan kegelisahan dan kesendirian dalam satu waktu. Gestur tubuh, tatapan mata dan gaya bicaranya menggambarkan semua itu nyaris dengan sempurna di film ini. Mungkin saja Brad Pitt layak diganjar nominasi aktor terbaik di ajang Oscar nanti. Mungkin saja. Rating 7.5 hingga 8 layak diberikan untuk film ini, dan tentu saja salah satunya karena performa Brad Pitt yang baik.

Tayang mulai dari tanggal 20 September di bioskop, kamu bisa cek jadwal bioskop film ini di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android dan iOS. Jangan lupa siapkan ulasan atau review Ad Astra kamu di BookMyShow.