Ave Maryam, Visual Apik Tentang Perdebatan Kita yang Menyenangkan

“Aku ingin mengajakmu mencari hujan di tengah kemarau”

Satu kalimat dari Romo Yosef (Chicco Jerikho) ini sudah membuat Suster Maryam (Maudy Koesnaedi) gundah. Ia begitu penasaran dengan Romo Yosef.

Bukan hanya tentang rambut gondrong Romo Yosef saja. Namun, tentang hal-hal kecil lain dari kehidupannya. Sayang, Suster Maryam harus berhadapan dengan hal-hal lain yang mungkin saja akan mengganjal langkah.

Janjinya pada Tuhan. Janjinya pada Suster-suster sepuh yang sedang dirawatnya. Namun, pada satu titik, Suster Maryam melewati batas. Batas-batas yang membuatnya menjadi berjarak dengan Tuhan dan cinta.

Batas-batas yang seharusnya mendapatkan hukuman sekaligus pengampunan. Namun, ia berdebat dengan dirinya sendiri. Apakah ia layak memperjuangkan takdirnya sendiri?

Perdebatan yang Menyenangkan

sinopsis-ave-maryam-bertahan-pada-janji-atau-membuka-sesak-di-hati
Sumber: Pratama Pradana Pictures

Pernahkah kamu berdebat dengan diri sendiri saat mengambil keputusan? Atau, pernahkah kamu berdebat mengurusi mana yang surga dan neraka? Berdebat tentang keindahan?

BookMyShow yakin, kamu pasti pernah melakukannya. Ave Maryam adalah cerita tentang perdebatan-perdebatan kita semua yang pernah menyenangkan.

Mulai dari apakah Suster Maryam harus menyelami cintanya dengan Romo Yosef? Semuanya bisa diperdebatkan. Keputusan-keputusan sulit yang biasanya pernah kamu ambil diceritakan melalui film ini.

Rangkain ceritanya memang terkesan klise. Pergolakan batin antara janji Tuhan dengan bagaimana seorang manusia memenuhi takdinya. Namun, bagaimana Maudy Koesnaedi dan Chicco Jerikho memerankannya dengan apik menjadi pembeda.

Tak banyak dialog, bukan berarti miskin naskah. Namun, gestur tubuh dari pemeran-pemerannya sudah menyiratkan alur cerita film Ave Maryam. Lalu, bagaimana dengan nasib Suster Maryam?

Penonton diberikan sebuah jalan untuk menentukan takdirnya sendiri.

Visualisasi Apik

ave-maryam-visual-apik-tentang-perdebatan-kita-yang-menyenangkan

Tak hanya jalan cerita yang dikemas dengan baik. setiap gambar yang dihadirkan di film ini juga dibuat dengan komposisi yang luar biasa cantik. Ditambah lagi, film ini mencoba untuk menampilkan suasana di tahun ’90-an akhir.

Bayangkan, sudut pandang kamera seorang Chicco Jerikho yang sedang menunggu di sudut sebuah gedung tua pun jadi sangat artsy. Masih ada lagi. Komposisi sepeda, jendela toko roti dan SUster Maryam sedang menunggu.

Ah, perdebatan-perdebatan seni yang sepertinya akan mengispirasi banyak foto-foto yang instagramaable, khususnya di Semarang, tempat lokasi syuting film Ave Maryam.

Meskipun punya nilai plus, namun terdapat sedikit kekurangan. Bukan, ini bukan tentang sensornya. Beberapa mobil modern yang melintas meskipun sudah di-blur, cukup terlihat, meski hanya dalam beberapa adegan saja.

Akhir kata, Ave Maryam adalah film yang wajib kamu tonton. Ah, satu lagi, satu kalimat perdebatan yang akan selalu menyenangkan untuk dibahas dan diceritakan.

“Jika surga belum pasti untuk ku, untuk apa aku urus neraka mu”

Belum nonton filmnya? Mumpung masih tayang di bioskop. Kamu bisa cek jadwal dan beli langsung tiket nontonnya di situs atau aplikasi BookMyShow yang tersedia gratis bagi pengguna Android atau iOS.