Selamat Jalan Muhammad Ali The Greatest Of All Time

Jumat, 3 Juni 2016, Dunia dihampiri dengan berita duka dari seorang legenda tinju fenomenal di masa nya, Muhammad Ali. Ali yang sudah “bergulat” dengan penyakit Parkinson selama kurang lebih 12 tahun, mengalami masalah pernafasan dan meninggal di usia 74 tahun. Pihak keluarga yang ditemui oleh para wartawan menyatakan, Muhammad Ali akan disemayamkan di kampung halamannya di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat.

Awal Bertinju Dan Sepeda Yang Dicuri

MUHAMMAD ALI BOXING
(Foto: YouTube)

Mungkin tak banyak yang tahu awal mula Ali menjalani karir sebagai Petinju. Ali menjadi petinju berawal karena sepeda miliknya dicuri oleh seseorang. Ali mengatakan ia ingin “memberi pelajaran bagi si pencuri sepedanya” kepada seorang Polisi, Joe Martin. Joe lantas mengatakan kepada Ali untuk berlatih tinju terlebih dahulu sebelum memberi pelajaran kepada pencuri itu.

Tahun 1954 merupakan debut Ali bertinju di laga Amatir. Joe mengatakan, bahwa Ali merupakan seorang anak yang pantang menyerah dan memiliki tekad yang jauh lebih besar dari anak-anak yang lainnya. Ali adalah seorang anak yang memiliki kepercayaan diri yang besar, hal itu pula yang dianggap Joe sebagai salah satu faktor yang membuat Ali meraih banyak kemenangan.

Karir Profesional

SELAMAT JALAN MUHAMMAD ALI THE GREATEST
(Foto; Pinterest)

Di tahun 1960, Ali berhasil mewakili Amerika di ajang Olimpiade yang dilangsungkan di Roma. Ali berhasil menyabet gelar juara di Olimpiade tersebut dan meraih medali Emas atas keberhasilannya mengalahkan seorang petinju dari Polandia, Zbigniew Pietrzykowski.

Salah satu pertandingan terbaik bagi Ali adalah saat dirinya menghadapi George Foreman di Zaire. Pertandingan yang dijukuli “Rumble In The Jungle” itu diselenggarakan pada Oktober 1974. Pertandingan  itu menjadi momen terbaik baginya, karena Foreman merupakan orang yang pernah mengalahkan Fraizer dan Norton. Fraizer dan Norton adalah dua petinju yang berhasil mengalahkan Ali sebelumnya.

Dari banyaknya lawan tanding yang pernah dihadapi Ali, Frazier dinilai merupakan rival terberat bagi Ali. Tiga kali pertandingan telah mereka lakukan. Bahkan pertandingan terakhir yang dijuluki “Thrilla In Manila”, membuat Ali sampai mengatakan bahwa dirinya sangat dekat dengan kematian. Pertandingan terakhir bersama Frazier juga dianggap sebagai yang paling brutal dalam sejarah tinju kelas berat.

 

 

Sosok Kontroversial

27th May 1963: American Heavyweight boxer Cassius Clay (later Muhammad Ali) lying on his hotel bed in London. He holds up five fingers in a prediction of how many rounds it will take him to knock out British boxer Henry Cooper. (Photo by Len Trievnor/Express/Getty Images)
(Photo by Len Trievnor/Express/Getty Images)

Ali merupakan sosok petinju yang cukup kontroversial. Ali yang kerap mengintimidasi lawan di dalam maupun diluar ring, membuat dirinya dibenci oleh banyak pesaingnya. Namun hal tersebut dilakukan Ali semata-mata hanya sebagai strategi untuk membuat lawannya marah.

Pada tahun 1960an, Ali menjadi salah satu tokoh yang paling vokal memerangi rasisme. Selain itu juga, Ali mengejutkan banyak pihak ketika dirinya memutuskan untuk memeluk agama islam. Ali yang memiliki nama asli Cassius Clay, mengganti namanya menjadi ‘Muhammad Ali’ semenjak memeluk Islam.

Ali sempat ditahan karena menolak untuk ikut wajib militer. Ia diganjar hukuman 5 tahun penjara karena penolakan tersebut. Namun, pada tahun ke tiga dipenjara, Ali pun dibebaskan. Hal tersebut berkaitan dengan masyarakat Amerika yang kala itu menolak peperangan yang terjadi di Vietnam.

 

Film

MUHAMMAD ALI THE GREATEST 1977
(Foto: hymiesrecords.com)

Gelar “Legenda Tinju” nampaknya benar-benar pantas disematkan kepada Muhammad Ali. Hal tersebut diperkuat manakala Rumah Produksi Columbia Pictures, EMI films, serta British Lion Films, memutuskan untuk membuat film drama dokumenter tentang perjalanan hidup Ali dalam film berjudul ‘Muhammad Ali “The Greatest”’ pada tahun 1977, yang diperankan langsung oleh dirinya.

Dua tahun berselang, Muhammad Ali dipercaya untuk membintangi sebuah acara serial tv yang berdasarkan novel karya Howard Fast dan disutradarai oleh Jan Kadar, berjudul ‘Freedom Road’.

Lalu, film drama dokumenter Muhammad Ali yang berikutnya, diproduksi pada tahun 2001 berjudul ‘Ali’, diperankan oleh aktor kawakan Will Smith. Film ini bercerita tentang perjalanan hidup si petinju legendaris. Dari cerita ketika dirinya tengah meniti karir sebagai petinju, sampai dengan masalah-masalah yang menimpa dirinya.

 

Kehidupan Muhammad Ali

MUHAMMAD ALI THE BEATLES
(Foto: YouTube)

Walaupun dikenal sebagai seseorang yang bengis kala bertanding, petinju yang terkenal dengan kata-kata “Float Like A Butterfly, Sting Like A Bee” ini merupakan sosok yang sangat peduli dengan anak kecil. Mereka yang mengenal Ali, menilai bahwa Ali merupakan seseorang yang sangat jenaka dan lucu.

Ali juga merupakan orang yang sangat dermawan. Sulit rasanya bila harus menghitung berapa total jumlah uang yang telah ia donasikan untuk berbagai macam lembaga sosial.

Muhammad Ali jelas telah menjadi legenda yang berhasil menginspirasi jutaan orang diluar sana, berkat pencapaian-pencapaian yang telah ia raih. Selain itu, sikap pantang menyerah dan menolak untuk disepelekan, menjadi suatu cerminan yang dapat dijadikan panutan bagi setiap orang.

 

Penulis: Arco Putra

Leave a comment