Review Film: Menyaksikan Media VS Pemerintah Lewat The Post

Menuju Academy Awards ke-90, CBI Pictures membawa salah satu film nominasi Best Picture-nya. Setelah lama menanti, akhirnya film The Post tayang di bioskop Indonesia. Bagaimana tidak? Film yang digarap oleh  Steven Spielberg ini dibintangi oleh aktor kesayangan khalayak, yaitu Meryl Streep dan Tom Hanks.  Sementara naskah film ini  ditulis oleh Liz Hannah dan Josh Singer. Hal penting lain yang perlu kamu ketahui, film ini diadaptasi dari kisah nyata lho. Penasaran?

Ketika analis militer asal Amerika, Daniel Ellsberg (Matthew Rhys), menyadari bahwa keputusan pemerintah Amerika Serikat ternyata banyak menyia-nyiakan tentaranya di perang Vietnam, dia mengambil tindakan dengan menyalin dokumen rahasia yang menjadi makalah Pentagon. Pada saat itu, pemilik Washington Post, Kay Graham (Meryl Streep), masih menyesuaikan diri dengan mengambil alih bisnis almarhum suaminya dan mempersiapkan surat kabarnya untuk go public. Sementara sang editor Ben Bradlee (Tom Hanks) menemukan New York Times telah meraup pusat perhatian dengan mengekspos dokumen tersebut.

Bertekad untuk bersaing, reporter Washington Post pun menemukan Daniel Ellsberg dan mendapatkan salinan lengkap dari makalah tersebut. Namun, rencana Washington Post untuk mempublikasikan makalah Pentagon terancam oleh perintah penahanan Federal yang bisa membuat mereka semua didakwa karena melakukan kontroversi.  Kay Graham harus memutuskan apakah harus mundur demi keamanan perusahaan dan relasinya dengan pemerintahan atau menerbitkan dan memperjuangkan kebebasan pers. Dengan demikian, Kay dan stafnya bergabung dalam sebuah pertarungan menuju demokrasi Amerika Serikat.

“Press is to serve the governed, not the government. “

The Post berhasil mencuri perhatian para penonton lewat peliknya makalah Pentagon yang dibocorkan dua surat kabar ternama di Amerika Serikat. Alur cerita disajikan dengan intens membuat kita fokus menonton hingga akhir. Ketegangan disajikan saat dokumen rahasia berhasil dicuri, Para reporter berkumpul di rumah Ben untuk meracik makalah tersebut dengan waktu yang terbatas demi naik cetak di esok harinya.  

Jika di Spotlight (2015) para reporter sibuk mencari narasumber, di sini Steven Spielberg menyajikan riuhnya ruang redaksi,  rapat para reporter tanpa henti, dan proses editor yang harus teliti, hingga tempat produksi tradisional. Kita diajak melihat bagaimana para petugas harus menyusun satu per satu panel huruf per halaman untuk dicetak di surat kabar.  Sungguh sebuah proses yang wajib kamu tonton.

Berbicara akting,  Meryl  Streep dan Tom Hanks masing-masing memiliki porsi yang pas.  Ketika kepemimpinan Kay diragukan hanya karena ia wanita satu-satunya dalam perusahaan tersebut, Meryl berhasil memerankan sosok Kay dengan totalitas.  Di saat gentingnya memutuskan harus mempublikasikan makalah pentagon atau tidak, Kay dengan lantang berkata “It’s no longer my father’s company. This is no longer my husband’s company. This is my company” di hadapan para komisaris.  Meryl Streep bold as usual dan layak kita berikan tepuk tangan. Sementara itu, Tom Hanks melengkapi Meryl dengan perannya sebagai sosok editor yang idealis dan sibuk memberikan saran-saran untuk Kay. Layak jika kita panggil mereka berdua sebagai Iconic Duo.

Para pemain pendukung juga seakan tak mau kalah meramaikan pertarungan media melawan pemerintah.  Mereka adalah Sarah Paulson, Bob Odenkirk, Tracy Letts, Bradley Whitford, Bruce Greenwood, dan Matthew Rhys.  Singkat kata, The Post merupakan tontonan wajib menuju perhelatan Oscar di bulan Maret 2018. Kapan lagi kamu bisa menyaksikan kolaborasi nama-nama besar dalam satu film? Berdurasi 116 menit, The Post tayang di bioskop mulai 21 Februari 2018. Kamu bisa pesan tiketnya di BookMyShow.

Baca juga:

Daftar Film Hollywood Tayang Februari 2018

Inilah 9 Film yang Meraih Nominasi Best Picture Academy Awards 2018

 

4 thoughts on “Review Film: Menyaksikan Media VS Pemerintah Lewat The Post

Comments are closed.