Review Film: Gary Oldman Membuat Penonton Merinding di Darkest Hour

Satu lagi film tentang Perang Dunia II kini akan hadir menghiasi layar lebar. Ada yang berbeda dengan film PD II kali ini, Darkest Hour hasil tangan dingin sutradara Joe Wright ini mengambil perspektif berbeda dalam menyuguhkan PD II ke bioskop. Jika dalam film PD II biasanya menggambarkan adegan peperangan antar mobil tank, pertumpahan darah tentara, dan bom di sana-sini, Joe Right membawa filmnya untuk mengupas sisi politik dalam negeri Inggris pada saat itu.
Darkest Hour bercerita tentang sikap Perdana Menteri Inggris Winston Churchill (Gary Oldman) dalam mengambil langkah dan strategi dalam melawan Nazi Jerman. Setelah parlemen Inggris memberhentikan Neville Chamberlain (Ronald Pickup) sebagai Perdana Menteri sebelumnya, dengan berbagai pertimbangan akhirnya parlemen mengangkat Winston Churchill untuk menggantikannya.

Hanya dalam waktu beberapa hari menjabat, Churchill harus mengambil keputusan penting dalam melawan Nazi Jerman, apakah menyerah atau tetap melawan. Dengan tekanan dari Neville Chamberlain dan Halifax (Stephen Dillane) sebagai Menteri Peperangan, Churchill didesak untuk mundur dan melakukan perundingan damai dengan Jerman. Bukan hanya Halifax dan Chamberlain, banyaknya pihak lain yang juga mendesak Churchill untuk mengambil langkah tersebut, ditambah sikap Churchill yang agak nyentrik membuatnya juga tidak disukai oleh beberapa pihak di dalam pemerintahannya sendiri.
Secara keseluruhan film ini bisa dibilang sebuah masterpiece dari sang sutradara Joe Wright. Setiap adegan dikemas dengan rapi dan indah, ditambah dialog-dialog yang sederhana namun memberi gambaran yang jelas kepada penonton tentang kondisi politik Inggris pada saat PD II. Walau tema yang diusung berat, namun penyampaian dengan humor yang pas dijamin tidak akan membuat penonton ngantuk. Alur yang mengalir sangat mudah dicerna penonton yang tidak terlalu suka dengan film ‘berat’.
Didukung dengan sinematografi yang apik membuat film ini tidak boleh dilewatkan. Transisi per adegan juga diperhatikan detailnya, membuat Darkest Hour seperti kumpulan fotografi yang indah. Tanpa ada adegan peperangan yang banyak dan CGI yang fantastis, film ini berhasil menghadirkan tensi ketegangan PD II yang membuat jantung penonton berdegup kencang.
Akting kelas Oscar dari jajaran cast di film ini menjadi cherry on top bagusnya Darkest Hour. Gary Oldman dengan sempurna meyakinkan penonton bahwa dia adalah Winston Churchill. Gelagat, logat dan bahasa tubuhnya sangat membuat dirinya terlihat seperti Perdana Menteri Inggris yang terkenal dengan slogan Victory-nya. Patut ia mendapatkan piala Golden Globe untuk kali pertama dalam karir beraktingnya. Mulut Oldman dengan flawless mengucapkan pidato-pidato Winston Churchill membuat kita merinding bersemangat.

Ben Mendelsohn juga turut membuat film ini semakin hebat. Dengan aktingnya sebagai King George VI, ia dapat membangun suasana yang lucu namun tetap menegangkan. Stephen Dillane juga patut diapresiasi, pemeran Stannis Baratheon dalam Game of Thrones ini turut memerankan Halifax dengan sempurna, penonton akan dibuat pusing tertekan olehnya.
Makin penasaran dengan film calon nominasi Oscar ini? Darkest Hour akan tayang pada 19 Januari 2018 dan tayang midnight pada 13 Januari 2018. Kamu bisa pesan tiketnya di BookMyShow.
Penulis: Angga Septian

Baca Juga:
5 Momen Terbaik Golden Globes 2018
Daftar Film Hollywood Tayang Januari 2018
 

3 thoughts on “Review Film: Gary Oldman Membuat Penonton Merinding di Darkest Hour

Comments are closed.