Review Film: Belajar Sejarah dari Film Banda the Dark Forgotten Trail

“Melupakan masa lalu adalah sama dengan mematikan masa depan bangsa ini.” ucap Reza Rahadian sebagai narator film Banda The Dark Forgotten Trail.

Banda the Dark Forgotten Trail menjadi film Indonesia pembuka di bulan Agustus 2017.  Berbeda dari sebelumnya, kali ini Lifelike Pictures menggarap film dokumenter yang menceritakan kepulauan Banda.

Banda menjadi film panjang pertama dari Jay Subiyakto, sementara untuk naskah ditulis oleh Irfan Ramli (penulis Cahaya Dari Timur, Surat Dari Praha). Sebagai film dokumenter tidak lengkap menyebutkan departemen kamera yang dipimpin oleh Sinematografer, Ipung Rachmat Syaiful, ICS, didukung oleh second unit camera Davy Linggar dan Oscar Motuloh. Aktor Reza Rahadian pun ditunjuk menjadi narator untuk bahasa Indonesia, sementara Ario Bayu untuk versi bahasa Inggris.

Dalam Banda the Dark Forgotten Trail diperlihatkan kepulauan Banda yang kini terlupakan, di mana pada masa lalu menjadi kawasan yang paling diburu karena menghasilkan pala terbaik. Pala sendiri menjadi salah satu komoditi rempah yang ditaksir dengan harga sangat tinggi pada eranya namun sekarang sudah dilupakan.  

Tak hanya pala, sejarah Banda penuh dengan darah dan kesedihan. Kejayaan Banda dan pala berubah saat VOC tiba di sana dan melakukan aksi paling brutal sepanjang sejarah. Dari jumlah 14.000 orang, setelah peristiwa pembantaian pada tahun 1621 jumlah penduduk asli kepulauan Banda hanya tersisa 480 orang.

Selain itu, Banda turut berperan penting dalam lahirnya Indonesia yaitu Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri sempat dibuang ke Banda Neira. Nah di Banda inilah munculnya ide-ide kebangsaan lahir.  

Mungkin jika membaca sinopsis di atas kalian akan berpikir film dokumentasi ini akan membuatmu mengantuk, tapi lain halnya dengan Banda the Dark Forgotten Trail,  Jay Subiyakto memaparkan kisah sejarah kepulauan Banda dan pala dengan sangat dinamis, lewat narasi bergaya puitis yang dibawakan Reza Rahadian kita pun mempelajari kisah-kisah kelam tersembunyi dari Banda.

Cinematografi menjadi kekuatan utama dari film arahan Jay Subiyakto ini, tak heran karena film ini menggunakan 6 kamera untuk pengambilan gambar dan handalnya tim kameramen. Cuplikan foto yang cepat membuat kita semakin fokus menonton. Pemandangan Banda yang diperlihatkan memanjakan mata para penonton, mulai dari kebun pala, pesisir pantai, hingga benteng-benteng Belanda yang bertebaran di Banda. Jay pun menyelipkan animasi untuk melengkapi sejarah kelam Banda. Tepuk tangan juga patut dilayangkan pada Indra Perkasa Lie sebagai musik komposer yang menghasilkan musik yang megah dan menghentak.  

Di sini juga menyinggung masalah ras yang sedang ramai dibicarakan, segala macam suku di Indonesia ada di Banda. Salah satu narasumber, pemilik perkebunan pala yang masih keturunan Belanda yaitu Pongky Van de Broeke menceritakan kerusuhan karena isu ras hingga memakan korban.

Reza Rahadian di press conference film Banda the Dark Forgotten Trail Plaza Indonesi / Foto: Tri Wahyudi, BookMyShow Indonesia

Banda the Dark Forgotten Trail benar-benar mengungkap tabir yang yang tidak semua orang ketahui. Lewat film ini kita tahu bahwa pulau Run yang diperebutkan akhirnya diserahkan Inggris ke Belanda dan sebagai gantinya Inggris mendapat hak atas Nieuw Amsterdam alias Manhattan New York. Secara tidak langsung, lewat film ini kita bisa belajar sejarah dengan cara yang asyik dan tidak membosankan.

Film Banda the Dark Forgotten Trail wajib kamu tonton, terutama untuk kamu generasi muda agar lebih mengenal sejarah Indonesia lebih dalam. Film dokumenter berdurasi 94 menit ini mulai tayang di bioskop pada 3 Agustus 2017. Beli tiket online kamu hanya di BookMyShow.   

 

Baca juga:

Naya Anindita Garap Film Berangkat. Rilis 3 Agustus!

7 Alasan Kamu Harus Nonton The Doll 2

2 thoughts on “Review Film: Belajar Sejarah dari Film Banda the Dark Forgotten Trail

Comments are closed.