Review Film: Dunkirk, Bukan Film Perang Biasa!

Setelah film Interstellar (2014) yang mendapat sambutan positif dari kritikus film, Christopher Nolan kembali menghadirkan sebuah masterpiece berjudul Dunkirk. Film ini merupakan film pertama Nolan yang diadaptasi dari kisah nyata. Berdurasi 107 menit, Dunkirk pun resmi menjadi film dengan durasi terpendek kedua yang pernah dibuat oleh sineas asal Inggris ini. Meski berdurasi pendek bukan berarti ia tidak menjanjikan karya yang epik lewat filmnya kali ini.

Mengambil setting di masa Perang Dunia II, Dunkirk berkisah tentang aksi penyelamatan 330 ribu tentara Sekutu yang berasal dari 4 negara berbeda yaitu Inggris, Perancis, Belgia, dan Belanda. Tentara-tentara ini tersudut dan terdampar di sebuah pantai yang terletak di kawasan Dunkirk, Perancis. Uniknya, Christopher Nolan membawa kisah Dunkirk dengan gaya penceritaan yang berbeda.

Dunkirk dikisahkan dari 3 sudut pandang berbeda yaitu dari The Mole atau tanggul, The Sea atau pantai, dan The Air atau udara. Ketiga bagian ini mengambil waktu yang berbeda satu sama lain, namun akan terhubung menjadi satu cerita utuh di bagian akhirnya. Penonton pun diajak kebingungan untuk mengikuti alur maju-mundur di dalamnya.

Angle pertama, The Mole, mengisahkan Tommy (Fionn Whitehead), seorang tentara Inggris yang bertahan hidup agar bisa kembali pulang ke rumahnya. Karakter Gibson yang diperankan oleh Aneurin Barnard dan Alex yang diperankan Harry Styles ikut berperan dan mendukung cerita dari sudut pandang ini.

Yang kedua, The Sea, akan menghabiskan waktu selama satu hari dengan Tuan Dawson (Mark Rylance), seorang penduduk lokal yang mengemudikan kapal kecil bersama anaknya, Peter (Tom Glynn-Carney) yang bertujuan untuk menyelamatkan para tentara.

Yang ketiga, The Air, mengisahkan cerita dari sudut pandang seorang pilot Royal Air Force bernama Farrier (Tom Hardy) dan Collins (Jack Lowden) yang berusaha untuk mengalahkan pesawat tempur musuh. Ketiga sudut pandang ini saling berkesinambungan dan menampilkan ciri khas serta orisinalitas Nolan menceritakan kembali kisah sejarah dengan gaya baru.

Selain gaya penyutradaraan yang berbeda, Dunkirk seakan menjadi pembuktian Nolan sebagai sutradara bertotalitas tinggi. Nolan bahkan tak segan menggunakan properti asli untuk menggarap film ini. Kali ini, ia menggunakan pesawat-pesawat tempur langka seharga 5 juta USD atau setara dengan Rp 65 miliar. Totalitasnya semakin teruji saat pesawat-pesawat tempur tersebut sengaja dihancurkan demi menciptakan adegan yang terlihat real.

Penampilan Harry Styles di film Dunkirk. Harry berperan sebagai tentara Inggris bernama Alex.

Meski tidak berisi banyak dialog, Nolan bisa membuat penonton terlarut dalam kisah filmnya. Dengan rekaman pita besar 70mm IMAX dan visual oleh Hoyte Van Hotema, Dunkirk berhasil menyajikan visualisasi yang nyata. Ditambah dengan iringan musik epik karya Hans Zimmer dan Richard King yang sukses membuat penonton ikut merasakan situasi emosional sekaligus menegangkan.

Dunkirk sendiri menjadi debut akting salah satu personel One Direction, Harry Styles yang berperan sebagai tentara bernama Alex. Antusias publik sangat tinggi begitu tahu Harry terlibat dalam film ini. Pun meski namanya cukup populer namun Harry mampu tampil sesuai porsinya, tidak mencuri perhatian berlebih.

Tak kalah dengan Harry, Tom Hardy juga mampu menampilkan aktingnya yang cemerlang meski wajahnya tersembunyi di balik masker. Seperti biasa, ia mampu menunjukkan kepiawaian aktingnya lewat dialog dan aksinya saat mengemudikan pesawat untuk mengalahkan musuh.

Dunkirk ingin menyampaikan pesan bahwa suatu peperangan tidak selalu dimenangkan dengan kekalahan musuh, tapi dengan hal-hal yang dilakukan untuk bertahan hidup di medan perang juga merupakan pencapaian yang luar biasa. Film Dunkirk mulai tayang di bioskop Indonesia mulai tanggal 21 Juli 2017, segera beli tiketnya di sini.

 

Penulis:

Natasha Cindy

 

 

Baca juga:

10 Fakta Penting di Balik Film Dunkirk

Penampakan Harry Styles di Trailer Dunkirk

 

3 thoughts on “Review Film: Dunkirk, Bukan Film Perang Biasa!

Comments are closed.