10 Fakta Unik Film Ziarah

Siapa sangka film yang dibuat dua tahun lalu oleh sutradara asal Yogyakarta, BW Purba Negara, ini akan menjadi film besar yang mendapat penghargaan dan masuk dalam jaringan bioskop komersial seperti sekarang. Awalnya, film Ziarah bertujuan untuk meningkatkan daya tarik Pedukuhan Pager Jurang  menjadi sebuah desa wisata dengan konsep berkeliling di sejumlah tempat. Melebihi ekspektasi, Ziarah justru didaulat menjadi salah satu film lokal karya anak bangsa yang berkualitas.

BookMyShow akan menghilangkan rasa penasaran kamu mengenai film Ziarah ini dengan merangkum beberapa fakta menarik di dalamnya. Simak yuk!

1. Terinspirasi dari tragedi tsunami di Aceh

Sutradara dan penulis naskah film Ziarah, BW Purba Negara, menuturkan pengalamannya menjadi relawan bencana tsunami di Aceh lah yang menuntunnya memproduksi film Ziarah. Di sana ia bertemu dengan banyak orang yang mampu berdamai dengan tragedi Aceh dan para orang tua yang bercerita tentang masa lalu dengan lancarnya. Hal itu memberinya inspirasi untuk menulis naskah film ini selama dua tahun.

2. Diproduksi dengan peralatan sederhana

Tak banyak orang yang tahu kalau film Ziarah dibuat dengan peralatan yang terbilang sederhana. Film ini hanya menggunakan kamera ala kadarnya, seperti handycam, kamera DSLR, dan kamera handphone. Risdiyanto, cucu Mbah Ponco sama sekali tak menduga Ziarah akan menjadi populer seperti sekarang. Bahkan, Neneknya pun ikut menjadi terkenal dan meraih penghargaan.

3. Nenek 95 tahun jadi pemeran utama

Mendadak, nama Ponco Sutiyem, yang akrab disapa Mbah Ponco menjadi populer di kalangan masyarakat. Ia didapuk menjadi pemeran utama dalam film karya sineas Jogja ini. Tak ada yang menyangka, Mbah Ponco, seorang Petani di Gunung Kidul ternyata mampu menyajikan akting yang memikat hingga masuk dalam nominasi ASEAN International Film Festival and Awards (AIFFA) 2017 untuk kategori Aktris Terbaik.

 

4. Berbudget minim

Dengan budget produksi  yang terbatas, BW Purba Negara memproduksi film Ziarah secara bergerilya dan independen bersama Goodworks, Hide Project films, Limaenam Films, dan Super 8mm Studio. Hal ini membuktikan bahwa film yang berkualitas tidak harus selalu menghabiskan biaya yang besar.

5. Para pemain berasal dari penduduk lokal

Sutradara BW sengaja memberikan sejumlah peran dalam film Ziarah kepada penduduk lokal, salah satunya adalah Ponco Sutiyem, salah satu warga lokal yang bekerja sebagai petani di Gunung Kidul, Yogyakarta. Beberapa warga lokal pun ikut terlibat menjadi pemain pendukung dalam filmnya.

6. Gala Premiere anti mainstream

Tidak seperti film-film lain, Gala Premiere film Ziarah dilakukan di tempat yang tidak biasa yaitu di puncak Gunung Gambar, Gunung Kidul, Yogyakarta. Acara yang digelar pada 13 Mei 2017 itu pun mendapat sambutan hangat dari warga Gunung Kidul. Hadir dengan konsep yang unik, film Ziarah membuat pemutaran terbatas dengan menggunakan layar tancap.

Suasana malam Gala Premiere film Ziarah. Pemutaran perdana filmnya dilakukan di Gunung Kidul dengan cara yang sangat unik.

7. Meraih banyak penghargaan

Tak hanya berbagai penghargaan domestik, film Ziarah juga meraih berbagai penghargaan internasional. Penasaran, seberapa banyak film karya anak bangsa ini meraih penghargaan? Kamu bisa melihat daftarnya di sini.

8. Semua kru film berasal dari Yogyakarta

Tak hanya para pemain, dilansir dari krjogja.com, semua kru film Ziarah ternyata berasal dari Yogyakarta. Bahkan lokasi syutingnya pun hanya berlokasi di beberapa tempat di Yogyakarta. Jadi bisa dipastikan kalau film ini merupakan orisinil karya anak bangsa. Film yang dituturkan dengan perspektif Jawa agraris ini akan menghadirkan orang-orang yang berdialog dengan tanahnya, memperjuangkan tanah, dan kehilangan tanahnya.

9. Ada Hanung Bramantyo!

Sutradara kondang, Hanung Bramantyo ikut meramaikan film Ziarah. Pria asal Yogyakarta ini tampil sebagai cameo dengan logat bahasa Jawa yang kental.

10. Sarat pesan moral

Film ini mengisahkan perjalanan Mbah Sri saat mencari makam suaminya yang terpisah saat agresi militer Belanda ke-2 tahun 1948. Dengan alur cerita yang dramatik, pada bagian akhir, Mbah Sri pasrah dengan hasil yang ia temukan dalam proses pencarian tersebut. Epilog film akan menandai bagaimana Mbah Sri sudah berbesar hati. Lewat film ini, pesan moral yang ingin disampaikan adalah agar manusia bisa berdamai dengan masa lalunya.

Semakin penasaran dengan film lokal yang mengharu biru ini? Kamu bisa menyaksikan film Ziarah di bioskop-biskop seluruh Indonesia mulai 18 Mei 2017. Jangan lupa untuk siapin tisu dan segera pesan tiket nonton kamu di sini.

 

Penulis:

Siti Nurhikmah

 

Baca juga:

Film Ziarah Raih Banyak Penghargaan. Ini Daftarnya!

Daftar Film Indonesia Tayang Mei 2017